Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak Atmo

23 Mei 2012   17:17 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:54 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1337793164298200330

[caption id="attachment_178602" align="aligncenter" width="640" caption="Dok.Pri"][/caption]

Alkisah disuatu tempat terdapatlah sebuah gunung yang berdiri gagahperkasa. Gunung tersebut akrab disebutGunung Himawana. Pesona Gunung Himawana mengundang decak kagum para pendaki yang setiap hari berduyun-duyun mendakinya. Dikaki gunung tersebut terhampar sebuah telaga yang sangat jernih airnya. Orang menyebutnya Telaga Maya. Tak seorangpun sanggup menahan godaan untuk meraup dan meminumnya. Terlalu sejuk untuk berlalu begitu saja tanpa membasuh muka diair telaga tersebut.

Berbagai kalangan, mulai dari siswa SMP, SMA, Mahasiswa bahkan Dosenpun tak mau melewatkan masa liburannya tanpa mendaki Gunung Himawana dan meraup air Telaga Maya. Masarakat awampun tak mau ketinggalan ,banyak yang ikut menikmati keindahan pemandangan alam Gunung Himawana dan sejuknya air Telaga Maya.

Didesa sekitar kaki Gunung Himawana banyak penduduk yang menyediakan rumahnya sebagai peristirahatan. Beberapa penduduk menjadikan rumahnya sebagai home stay.

Adalah Pak Atmo, yang sudah lama ditinggalkan oleh isterinya karena dipanggil sang Maha Pencipta. Dengan tiga orang anak yang juga tidak bersamanya karena mencari pekerjaan dimanca negara. Sebab itulah Pak Atmo menyediakan rumahnya dijadikan sebagai tempat peristirahatan bagi orang-orang yang ingin mendaki Gunung Himawana.

“Tidak Mas, saya tidak minta bayaran kepada siapa saja yang ingin menginap dirumah saya” jawab Pak Atmo ketika ada seseorang menanyakan berapa sewanya jika menginap dirumah Pak Atmo.

“ Jika ada yang mau menginap disini saja, saya sudah merasa senang dan bahagia sekali” sambung Pak Atmo matanya berkaca-kaca sambil melihat foto-foto anak dan isterinya.

Memang Pak Atmo merasa kesepian setelah ditinggal isteri dan anak-anaknya. Sebab itulah kenapa Pak Atmo tidak memungut bayaran orang-orang yang menginap dirumahnya. Justru dia berharap setiap hari ada saja orang yang mau menginap atau paling tidak beristirahat dirumahnya, agar tidak merasa sepi.

Jika sedang banyak yang menginap, Pak Atmo mengalah dia tidur di amben dapur.

“Apa nggak bising Pak, begitu banyak orang yang berbeda-beda perangainya dan apa Pak Atmo tidak rugi menyediakan tempat dan terkadang air minum bagi para pendaki yang menginap dirumah Bapak” celetuk seseorang memancing ketulusan Pak Atmo.

“ Kan saya hanya menyediakan tempat dan air minum, sementara alas tidur dan perbekalan lainnya kan mereka sendiri yang bawa dari rumah masing-masing, apa ruginya saya” jawab Pak Atmo

“ Yang penting bisa saling menjaga diri dan menghormati yang lain agar tidak terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan” sambung Pak Atmo

“ Ya memang kadang-kadang ada juga yang membuat ulah memancing-mancing keributan, tapi setelah saya nasehati mereka sadar. Maklumlah namanya manusia terkadang ingin dianggap yang paling pintar, paling benar dan tidak merasa pernah berbuat salah” lanjut Pak Atmo.

Tiba-tiba obrolan Pak Atmo dengan seseorang itu terhenti lantaran ada orang memanggil namanya.

“ He Atmo ! sini !” bentak seseorang sambil berkacak

“ Ya Pak, ada apa?” jawab Pak Atmo sambil beranjak menuju kearah orang yang memanggilnya.

Jika dilihat dari pakaiannya dan gaya bahasanya sebetulnya orang yang memanggil Pak Atmo adalah orang berpendidikan tinggi, orang intelek, paling tidak gelarnya sarjana.

“Lihat ini, kamu harus bertanggung jawab dan harus mau mengganti barang-barang saya yang rusak ini” kata Pak Intelek seraya menunjukkan pakaiannya yang digigit tikus bagian lengannya.

“ Lho saya suruh mengganti pakaian Bapak, salah saya apa” jawab Pak Atmo memelas.

“Kamu sudah berani membuat penginapan, kamu juga harus berani bertanggung jawab”

“Kok saya harus bertanggung jawab?”

“ Ya ! karena saya menginap disinilah maka pakaian saya banyak dicacah tikus-tikus laknat”

“Apa saya pernah mengundang Bapak untuk menginap disini, seperti juga yang lain-lain mereka kan datang sendiri untuk menumpang  tidur dan istirahat disini, dan Bapak nginap disini saya kan tidak minta bayaran sepeserpun,bahkan ada orang yang mau memberipun  saya rolak”

“ Tahu kamu Atmo ! ternyata rumahmu ini banyak kecoa dan sarang tikus, banyak tikus-tikus yang merusak perbekalan saya, hhhh”

“Seingat saya selama ini belum pernah ada orang yang komplain dan marah-marah seperti Bapak”

“ Ya jelaslah mereka tidak marah, mereka kan orang-orang bodoh, idiot makanya diam saja ketika diperlakukan tidak menyenangkan, bahkan ketika telinganya dikunyah tikus-tikuspun mereka akan diam saja”

“ Sudahlah Pak jangan menyalahkan mereka, mereka justru orang baik-baik tidak pernah membuat kegaduhan disini, mereka hanya numpang istirahat sebelum dan sesudah mendaki gunung, mereka disini tidak mencari musuh”

“Atmooo !!! dengarkan baik-baik, mulai hari ini saya angkat kaki dari rumahmu dan tidak sudi lagi menginjakkan kaki dirumahmu yang penuh sarang-sarang tikus dan kecoa ini, tahuuu !!!”

Pak Atmo dan orang-orang yang sedang istirahat  hanya senyum-senyum.

---------ooooOOOoooo-----------

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun