Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahasa Super Halus

18 Agustus 2012   16:19 Diperbarui: 4 April 2017   18:16 20343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Didaerah kami ada kata balalan. Balalan hanya dilakukan pada bulan syawal saja, yakni pada saat idul fitri ketika orang berkunjung ke rumah-rumah tetangga untuk saling memohon maaf dikatakan balalan. Mungkin diambil dari kata halal bilhalal, menjadi bilhalalan, dan akhirnya menjadi balalan. Entahlah mungkin ada Kompasianer yang tahu asal muasal kata balalan.

Balalan ada yang dilakukan langsung salaman ketika belum dipersilakan duduk dan diulangi lagi bersalaman pada saat pamit pulang. Namun ada juga yang duduk-duduk terlebih dahulu dan sambil makan-makanan kue lebaran serta minuman ringan biasanya air teh juga ada yang sirup, setelah itu baru balalan atau mohon maaf kepada tuan rumah sebelum pamit.

Saking banyaknya tamu atau saking banyaknnya rumah-rumah yang hendak dikunjungi untuk balalan, maka permohonan maaf hanya diucapkan ala kadarnya , mungkin lantaran sudah tahu bahwa balalan itu intinya saling memaafkan lahir dan batin, maka yang diucapkan itu hanya “lahir batin Pak Dhe”sambil salaman. Terkadang malah ada yang salaman sambil hanya mengucapkan “tin”...hehehe...keterlaluan kikirnya. Tapi ada juga yang tidak mengucapkan sesuatu, hanya salaman saja sambil pamit, cukup dibatin saja.

Namun ketika tamu tidak begitu ramai atau hanya ada satu dua orang saja maka balalan dilakukan sambil sungkem dengan bahasa halus, padahal kesehariannya tidak pernah mengucapkan bahasa itu.

Kurang lebih begini bahasa yang diucapkan : “Kula nuwun Pak Dhe sowan kula wonten ngarsanipun Pakdhe, sepindhah tuwi kawilujenganipun Pak Dhe sakulawarga, kaping kalih kula ngaturaken sembah bekti kula lan kaping tiganipun gandheng........” dan seterusnya,panjang sekali. Terkadang ada yang diawali dengan mengucapkan basmalah dan dua kalima syahadat terlebih dahulu sebelum mengucapkan permohonan maaf.

Makanya jika sedang banyak tamu apalagi ada yang ngantri diluar (hehehe...maklum rumahnya sempit) maka tidak memakai bahasa yang ndakik ndakik, cukup “lahir batin” atau “sedaya kalepatan nyuwun pangapunten” (semua kesalahan mohon dimaafkan).

Apapun yang diucapkannya oleh mereka saya cukup mengerti artinya, meskipun dengan bahasa yang huualuuuuusss banget.

Namun diantara tamu yang balalan dirumah saya ada seseorang yang tidak saya mengerti bahasanya sama sekali. Dia orang Jawa, sehari-harinya hanya berbahasa ngoko (tingkat paling rendah dalam bahasa Jawa) tidak pernah memakai bahasa krama apalagi krama inggil, namun ketika sungkem balalan kok memakai bahasa halus.

Lho katanya semua bahasa cukup dimengertikok masih ada yang tidak dimengerti. Namun yang ini berbeda, mungkin terlalu halus atau memakai bahasa tingkat tinggi diatas krama inggil atau bahasa kawi atau malah berbahasa sanskerta.

Ada beberapa orang (perempuan) yang memakai bahasa “halus” yang hampir tidak saya mengerti, mungkin karena ikut-ikutan temannya sambil sungkem, dia pun ikut sungkem sambil nggremeng (bergumam) entah apa yang diucapkan, setelah tidak mengeluarkan suara, baru saya jawab permintaan maafnya. Atau biasanya saya sambil melihat gerakan bibirnya, jika bibirnya sudah tidak umik-umik (bergerak-gerak) berarti selesai balalannya, setelah itu baru saya jawab dengan “ Ya padha-padha “ (ya sama-sama).

Namun ada yang sangat menggelikan, seorang perempuan (juga), mungkin ikut-ikutan temannya atau malu lantaran temannya balalan dengan bahasa yang panjang maka dia pun ikut sungkem sambil mengucapkan dengan bahasa yang sangat halus dan panjang. Karena penasaran ingin mendengarkan apa yang diucapkannya, maka saya agak menunduk dan telinga saya semakin saya dekatkan ke wajahnya....dan ternyata dia hanya mengucapkan...wswswswswswswswswswswswsss.

Untung saya masih bisa menahan tawa, meskipun perut saya sedikit sengkil (melilit)....hehehehehe.

Ya nduk muga-muga Gusti Alloh nglebur dosamu lan dosaku ing dina riaya iki” ( Ya non semoga Allah SWT mau mengampuni dosamu dan dosaku pada lebaran ini), itulah jawaban dari...wswsws.. swswswsw..........tadi.

Itulah bahasa yang saya tidak tahu artinya tetapi tahu maksudnya......hehehe.....

Wswswswswswswswsws......................

*****

Solok Selatan, 18 Agustus 2012

Pak De Sakimun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun