Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Stop Kerusuhan!!!

8 Oktober 2012   23:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:03 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13497386011216188504

Kerusuhan dimana-mana mulai merebak kembali. Penyebabnya beragam, terkadang hanya masalah sepele bisa memicu kerusuhan massal. Entah itu antar sekolah, antar etnis, antar warga atau antar kampung jika sudah “kerasukan setan”, hilang rasa persaudaraan bahkan sudah tidak mempunyai rasa perikemanusiaan lagi.

Kerusuhan memang sulit dicegah, terlebih jika seseorang yang sudah menyimpan dendam lama, tinggal menunggu pemicunya sedikit saja terjadilah pertikaian. Dan karena rasa solider terhadap teman atau saudaranya, maka yang tidak tahu permasalahannyapun ikut-ikutan membuat kekacauan.

Bagaimana cara mengantisipasinya, kita mulai dari diri kita, anak-anak kita dan keluarga dekat kita. Ada kejadian yang menimpa diri saya beberapa tahun yang lalu, mungkin bisa di jadikan inspirasi. dibawah inilah kisahnya.

Ketika saya akan membayar pajak spedamotor di kota kabupaten, saya pilih mengendaraispeda motor daripada naik bus umum, lantaran nanti perlu diperiksa juga nomor rangka kendaraannya. Jarak dari rumah ke kabupaten 35 km, dengan mengendarai speda motor secara santai ditempuh dengan waktu satu setengah jam. Namun karena malam harinya hujan maka perjalanan sedikit lebih lambat, selain jalannya licin juga banyak jalan yang sudah rusak berlubang-lubang.

Di tengah perjalanan dari kejauhan nampak sebuah bus penumpang umum sedang menuju arah berlawanan dengan perjalanan saya. Didepan saya jarak tiga meter ada jalan yang berlubang dipenuhi genangan air. Karena mobil bus semakin dekat, tidak mungkin saya mengambil jalan agak kekanan untuk menghindari lubang, juga tidak mungkin melanjutkan dengan menceburkan spedamotor ke dalam kubangan itu, maka saya berhenti dekat lubang tersebut sambil menunggu mobil dari arah depan saya lewat.

Namun apa yang terjadi, ternyata supir bus itu tidak mengurangi kecepatannya ketika melintasi lubang yang penuh air keruh tersebut.......dan.......cprooott....., tak ayal air kotor itupun memercik ke pakaian dan wajah saya, selain basah juga menjadi kotor pakaian saya. Marahkah saya?, tidak, cuma kecewa dan malu karena nanti saya akan masuk kantor samsat tidak mungkin dengan pakaian belepotan tanah. Dan mau kembali ke rumah tidak mungkin, pasalnya sudah lebih setengah perjalanan.

Untung ada parit kecil dekat sawah di pinggir jalan yang airnya bersih, sehingga saya bisa mencuci muka dan mengelap pakaian dan sepatu saya yang terkena percikan lumpur itu.

Sementara saya sedang bebersih, tiba-tiba saya melihat mobil itu di mundurkan oleh sang sopir, lantaran diteriaki oleh penumpang yang marah-marah menyaksikan kejadian itu. Kebetulan banyak penumpang bus itu yang mengenal saya. Mereka kasihan melihat pakaian saya basah dan kotor.

Setelah bus berhenti didekat spedamotor saya, beberapa orang penumpang langsung turun dari mobil dan diantaranya adayang menghampiri si sopir sambil memegang krah baju si sopir sambil membentak dan mengancam akan memukulnya.

“Apa matamu nggak lihat tadi ada lubang comberan ini, lihat bapak itu wajahnya belepotan lumpur dan pakaiannya kotor” bentak seseorang penumpang pada sopir, sambil masih memegang krah baju sopir bus tadi.

Maaf Pak, saya tidak sengaja” “kata sopir pada saya sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan saya.

“Maaf maaf, semudah itu kamu minta maaf, lihat bapak itu mau ke kantor seperti pulang dari sawah”, timpal salah seorang penumpang yang solider pada saya.

“Ya sudahlah, saya memaafkan, tapi lain kali hati-hati, hormati juga pengguna jalan yang lain” pesan saya pada mereka.

“Anda masih bernasib  baik karena saya yang kena, coba kalau orang lain, entah apa yang terjadi” sambung saya pada sopir bus itu.

“Ya Pak, terimakasih Bapak tidak marah, sekali lagi saya mohon maaf Pak” kata sopir itu lagi.

“Tolong kejadian ini jadikan pelajaran, jangan sampai terulang lagi” pesan saya pada sopir itu.

Setelah bus tadi berangkat, saya duduk di jok motor sambil menunggu pakaian yang masih melekat pada tubuh sayabiaragak kering sedikit. Toh nanti sambil mengendara motor pakaian bisa kering juga kena angin, pikir saya. Dan sayapun sambil berandai-andai.

Andai saya tidak terima atas kejadian itu, lantas apa yang akan saya perbuat, melaporkan ke polisi? Tidak mungkin, karena pelanggarannya tidak berat, hanya terkena air dan lumpur masa sampai lapor polisi.

Andai teman-teman saya tidak saya cegah memukul sopir tadi, pasti akan terjadi perkelahian. Memang banyak penumpang yang solider pada saya, tapi apakah itu jalan terbaik, justru akan panjang masalahnya. Jika sempat terjadi perkelahian, ada dua kelompok yang akan bertikai. Kelompok teman saya dan kelompok supir bus beserta kernetnya, membayangkan saja apa yang akan terjadi sudah ngeri...., bisa menjadi kerusuhan massal gara gara terciprat air. Bodoh dan konyol!!!

Bagaimanapun insiden (kecil) itu telah terjadi, apa kerugian saya? Apakah lantas harga diri saya hilang karena tidak mau membalas atau memukul sopir tersebut?, saya tidak merasa menjadi lebih hina.

Baju kotor?, bisa dicuci. Baju menjadi basah?, bisa dikeringkan, jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan. Paling-paling orang akan mencap saya sebagai “penakut” atau mungkin ada yang menyebut “banci”...hehehehe....banci? anak cucu saya banyak lho. Memang saya gagal mendapat gelar "pemberani".

Terserah bagaimana orang menilai saya, yang penting bagi saya kejadian itu saya yang menanggung tidak melebar kemana-mana yang mungkin akan bisa merugikan berbagai pihak.

Saya menghimbau para sopir “ Tolong hormati pengguna jalan yang lain, bukankah jalan raya itu milik kita bersama, dan hati-hati ketika mengendarai mobil, anak dan isteri Anda menunggu dan selalu berdo’a di rumah dengan selalu berharap kepulangan Anda membawa rejeki dan juga keselamatan”.

Juga saya menghimbau para (keluarga) korban jika terjadi kecelakaan, percayakanlah dan serahkan kasusnya kepada pihak yang berwenang atau aparat penegak hukum, hindarilah main hakim sendiri terlebih lagi berbuat anarkis, hal itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru akan menambah masalah, dendam yang berkepanjangan.

Saling menyimpan dendam sangat berbahaya, Tawuran warga, kebanyakan disebabkan oleh hal remeh temeh atau sesuatu yang sepele, yang akhirnya banyak melibatkan orang-orang yang justru tidak tahu permasalahannya, hanya ikut-ikutan terkadang malah menjadi korban keberingasan dan kebrutalan orang lain.

Oleh sebab itu mari, hindari penyebab tawuran warga dan hentikan kerusuhan sekarang juga. Jangan bunuh saudaramu sendiri !!!

Ngethok driji landhesan dhengkul(bagai memotong jari beralaskan lutut sendiri)

*****

Solsel, 081012

Pak De Sakimun

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun