Mohon tunggu...
PAK DHE SAKIMUN
PAK DHE SAKIMUN Mohon Tunggu... pensiunan penjaga sekolah -

Sedang menapaki sisa usia. Mencari teman canda di dunia maya. Hobi apa saja termasuk membaca dan (belajar) menulis. Bagi saya belajar itu tak berbatas usia. Menuntut ilmu dari ayunan hingga liang lahad. Motto : Seribu orang teman sangat sedikit, dan satu orang musuh terlalu banyak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Speaker Bisa Dijadikan Alat Dapur

20 Mei 2012   17:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:03 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_178137" align="aligncenter" width="640" caption="speaker bekas, ada gunanya juga"][/caption]

Aneh? peralatan elektronik bekas bisa dijadikan peralatan masak memasak. Jika belum pernah mencoba sepertinya ini sesuatu yang menggelikan dan tidak masuk akal.

Berawal dari pengalaman ketika saya sarapan pagi bersama keluarga. Anak-anak tahu kesukaan bapaknya yakni sambel cabe ijo (cabai muda), maka pagi itu saya dibuatkan sambal sarden cabai hijau. Huuaaaahh...huaaaah, pedas tapi ueenak, sueeger.

Belum selesai makan, saat mengunyah ada seauatu seperti duri terasa dimulut. Sambil masih tetap mengunyah tapi sambil berfikir, bukankah sarden itu tidak ada durinya?, meski ada durinyapun sudah rapuh atau lunak? Lantas saya kebelakang, nasi yang masih ada dimulut saya lepeh (keluarkan) dan saya kais-kais. Astaga, bukan duri ternyata potongan seng kecil runcing ujung pangkalnya lebih kurang lebar 1 mm dan panjangnya 3 mm.

Potongan seng itu masih baru mengkilat artinya belum berkarat. Potongan seng itu lantas saya ambil dan saya langsung menanyakan pada anak saya kaleng bekas sarden yang dijadikan sambal tadi. Setelah saya amati dan saya cocokkan jenis sengnya persis sama dengan bekas kaleng sarden. Saya mengambil kesimpulan bahwa potongan seng itu pasti sesetan (sisa potongan) kaleng sarden ketika membuka tutupnya. Setelah saya tanyakan pada anak saya, ia mengatakan bahwa membukanya pakai pisau, bukan pakai alat pembuka kaleng.

Seketika itu juga anak saya akan membuang sambal sarden yang masih tersisa, lantaran takut ada sibiran seng lainnya yang sangat membahayakan pencernaan jika tertelan. Namun saya cegah, karena sambalnya selain enak juga masih banyak, sayangkan kalau dibuang.Lantas bagaimana solusinya memakan sambal yang didalamnya terselip sesuatu yang membahayakan?

Saya ada ide, saya ambil speaker bekas yang sudah rusak atau kumparannya sudah hangus, saya ambil magnetnya yang menempel dibelakang corong speaker tersebut. Setelah itu tentu dicuci bersih bersih dan dikeringkan. Selanjutnya masukkan magnet speaker tersebut dalam sisa sambal sambil sedikit di aduk-aduk (wah jorog ). Astaga, sayamenemukan satu lagi serpihan seng yang lebik kecil dari yang pernah saya temukan menempel pada magnet. Saya tidak tahu apakah besi magnet (meskipun sudah dibersihkan) yang dimasukkan kedalam makanan juga berbahaya terhadap tubuh kita?

“ Sudahlah buang saja,nggak usah dimakan, dari pada jadi penyakit” kata anak saya. Saya hanya pasrah pada anak-anak, ahkirnya sisa sambal itu dibuang.

“Besok lagi kalau membuka sarden jangan pake pisau, pakailah alat yang memang diperuntukkan membuka kaleng” pesan saya pada anak-anak.

Suatu ketika saya pernah juga menemukan kawat kecil dalam sayur kuah bersantan. Kawat itu ukuran panjangnya sekitar 4 mm diameternya 0,5 mm dan sudah hitam agak berkarat. Lagi-lagi saya teliti dan amati (ada bakat detektif juga lho). Saya menemukan asal benda itu yakni dari kukuran atau parutan kelapa yang terbuat dari kawat yang ditancapkan ke selembar papan. Untuk memastikan bahwa kawat itu berasal dari parutan kelapa, saya ambil parutan kelapa dan kawat itu. Kawat yang masih menancap pada papan itu saya coba cabut dengan tang, kemudian saya cocokkan dengan kawat yang masuk dalam sayur tadi, hasilnya persis sama besar maupun panjangnya. Jadi sangat yakin bahwa kawat itu memang dari kukuran kelapa yang tanggal.

Satu lagi ada sesuatu yang perlu diwaspadai, ini bukan mencari-cari namun memang benar-benar saya alami. Pernah terjadi sebuah anak atau mata staples masuk dalam makanan yang dibungkus kertas atau plastik. Biasanya orang hanya memikirkan kepraktisannya saja tanpa peduli bahayanya.

Mari kita, terutama ibu-ibu jika hendak mempergunakan sesuatu selalu berhati-hati demi keselamatan kita dan anak-anak kita.

Hindari membuka kaleng sarden dengan pisau, pakailah alat yang sudah dirancang untuk membuka kaleng. Kepada produsen tolong keselamatan konsumen dijadikan prioritas, bukan hanya sekadar untung besar. Gantilah kemasan makanan kaleng yang tidak membahayakan. Umpamanya dibuat seperti tutup kaleng minuman, jadi tidak perlu memakai alat lain cukup tinggal tarik kaitan pada tutup yang sudah disediakan oleh pabrik (konsekwensinya, jelas harganya bertambah mahal). Selain praktis juga tidak tajam dan tidak meninggalkan sesetan (sibiran).

[caption id="attachment_178139" align="aligncenter" width="640" caption="jangan buka pakai pisau"]

13375327261086582838
13375327261086582838
[/caption]

Gantilah kukuran atau parutan kelapa yang tidak membahayakan. Sebab parutan kelapa yang terbuat dari kawat mudah tanggal, terlebih lagi jika papannya lunak dan sudah lama dipakai. Selain kawatnya mudah berkarat juga mudah tanggal karena makin lama papannya semakin rapuh dan busuk .

[caption id="attachment_178141" align="aligncenter" width="640" caption="jangan pakai parutan seperti ini, berbahaya"]

1337532888921471708
1337532888921471708
[/caption]

Waspada jika anak Anda mendapat undangan ulang tahun atau membeli nasi bungkus, jika mendapat makanan yang pembungkusnya dari kertas atau plastik yang distaples, perhatikan mungkin ada yang terbuka dan anak staplesnya masuk kedalam makanan.

[caption id="attachment_178144" align="aligncenter" width="640" caption="hati-hati, staples juga bisa membahayakan"]

1337533046270690702
1337533046270690702
[/caption] Demikianlah semoga ada manfaatnya

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun