Mohon tunggu...
Pak Dasiman
Pak Dasiman Mohon Tunggu... -

Seorang Warga Negara Indonesia biasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pergantian Kurikulum, Manusiawi

6 Januari 2013   22:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:26 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya membaca 2 berita di kompas, dengan judul:

1. Sosialisasi Pertama Kurikulum 2013 di Jambi.

2. Perubahan Kurikulum Agar Dibarengi Kemampuan Guru.

Membuat saya berfikir mengenai kurikulum pendidikan benar-benar telah berganti dan sedang berada dalam tahap sosialisasi segera.

Setidaknya saya sebagai wali/kakak dari adik yang duduk di kelas 2 SD menemui bahwa buku cetak untuk kelas II di sekolah tersebut tidak mencukupi 1buah buku untuk 1 anak. Kekurangan tersebut terjadi untuk semua mata pelajaran di kelas II, untuk kelas yang lain saya tidak tahu. Usut punya usut, ternyata kekurangan jumlah buku disebabkan karena sebelumnya jumlah anak di kelas tersebut hanya setengahnya dari jumlah anak yang duduk di kelas II sekarang. Saya fikir, masuk akal sih.... Akan tetapi, jumlah tersebut juga bukan jumlah tahun kemarin tetapi sudah berlangsung dua tahun yang lalu. Anggaran BOS-nya barangkali tidak mencukupi untuk membeli buku ataukah memang tidak dianggar oleh sekolah, ataukah guru kelas tidak melapor, ataukah guru kelas melapor tetapi tidak ditanggapi? Banyak kemungkinan! Lalu apa hubungannya dengan sosialisasi kurikulum? Saya hanya berharap sangat simpel: kurikulum baru semoga saja ada buku-buku baru yang mencukupi. Otomatis, kurikulum baru telah ikut membawa sekolah adik saya maju (dalam hal ini kelengkapan alat belajar;buku).

Judul kedua mengenai " perubahan kurikulum agar dibarengi kemampuan guru" sempat mengernyitkan dahi saya untuk membandingkan dengan kurikulum yang sekarang masih berlaku (KTSP). Menurut pandangan bodoh saya, perubahan kurikulum diimbangi SDM yang memadai patut disangsikan tidak ya?Hal tersebut mengingat perubahan kurikulum KBK ke KTSP, beberapa tahun sedikit perubahan terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)-nya dengan dilengkapi kegiatan Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi di RPP. Kemudian perubahan terjadi lagi dengan penyertaan Penanaman Nilai-Nilai Karakter di dalam RPP. Kurikulum baru tersebut  (KTSP) faktanya tidak sepenuhnya berhasil dipahami oleh guru-guru sepuh (fakta di lapangan). Tidak dipahami menurut saya bukan berarti sesuatu yang buruk. Menurut saya kalau guru-guru yang sepuh kurang memahami kurikulum KTSP, tetapi berhasil dalam pembelajaran yang baik (diukur dari pencapaian hasil belajar siswa yang baik), maka itu bukan suatu masalah. Karena bagaimanapun, mereka tidak sepenuhnya mengharapkan perubahan kurikulum, tetapi mereka tetap sepenuhnya sungguh-sungguh dalam mengajar. Manusiawi! Dengan bahasa yang lebih sederhana saya ingin mengatakan bahwa kurikulum apapun mungkin tidak terlalu penting dibandingkan dengan hasil belajar, dan kurikulum yang telah lalu bukan berarti buruk bukan?

Tapi saya berfikir positif saja, pergantian kurikulum barangkali akan membawa peningkatan prestasi yang lebih baik lagi bagi semua-semua-semua lembaga pendidikan (sekolah). Toh, hal tersebut memang sudah dianggarkan dan tidak membutuhkan biaya besar kok. Hm....

#Ganti kurikulum lumrah, asal bukan murid kencing berlari. Ckck.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun