[caption caption="ilustrasi : www.strengthyourrelationship.com"]
Kehidupan berumah tangga sangatlah unik. Suami dan istri sebagai pembentuk utama sebuah keluarga, memiliki corak hubungan yang spesifik. Kendati ada hirarki kepemimpinan, namun corak interaksi yang terjadi tidak seperti bos dengan karyawan atau atasa dengan bawahan. Interaksi di antara suami dan istri lebih spesifik, intim dan tanpa batas. Itu juga yang menyebabkan lebih mudah muncul “konslet” dalam komunikasi keseharian di antara mereka.
Hidup bersama dalam waktu yang lama tanpa ada pertukaran peran atau rotasi jabatan, sudah barang tentu banyak menimbulkan persoalan kejenuhan apabila mereka tidak pandai mengelola dan menyegarkan suasananya. Sering dijumpai hal-hal kecil dan sederhana mudah memicu konflik dan pertengkaran di antara suami dan istri. Hal-hal sederhana yang secara logika dan akal sehat seharusnya tidak perlu dipersoalkan, dalam kehidupan keluarga justru bisa menimbulkan pertengkaran.
Ada banyak hal sederhana yag bisa memicu pertengkaran suami istri, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Kebiasaan dalam kehidupan keseharian
Suami dan istri dilahirkan, dididik dan dibiasakan dalam lingkungan yang berbeda. Masing-masing membawa standar dan kebiasaan yang berbeda dari rumah orang tuanya. Misalnya standar kebersihan dan kerapihan yang berbeda, standar tentang kemewahan dan kesederhanaan yang berbeda, standar tentang kedisiplinan dan toleransi yang berbeda. Hal ini kerap memicu pertengkaran antara suami dan istri.
Kebiasaan suami yang melempar handuk sembarangan usai mandi, kebiasaan istri yang meinggalkan pakaian dalam kotor di bak mandi setiap hari, kebiasaan mandi berapa kali setiap hari, adalah contoh kecil hal-hal yang bisa menyulut pertengkaran. Intonasi suara saat bicara, kecepatan atau kelambatan dalam berbicara, kecepatan atau kelambatan dalam merespon permintaan, dan lain sebagainya, adalah contoh perbedaan kebiasaan yang bisa menjadi penyebab pertengkaran.
Hendaknya suami dan istri mencoba saling memahami, namun juga berusaha saling berbagi. Mereka sudah memiliki keluarga sendiri, yang terlepas dan berbeda dari keluarga orang tua masing-masing. Mereka harus mencari dan mensepakati standar yang mereka gunakan dalam menata rumah tangga yang mereka bangun berdua.
- Mengandalkan teknologi untuk berkomunikasi
Kehidupan zaman sekarang sangat berbeda dengan duapuluh tahun yang lalu. Komunikasi jarak jauh menjadi andalan, sampai menggantikan pertemuan dan komunikasi langsung. Celakanya, hal itupun sudah mulai menggejala dalam kehidupan keluarga. Suami dan istri semakin jarag mengobrol dan bercengkerama secara langsung, namun mengandalkan kepada teknologi untuk berkomunikasi. Ternyata dampaknya bisa membahayakan kehidupan rumah tangga.
Sebuah studi yang dilakukan oleh tim psikolog dari Oxford University menunjukkan bahwa pasangan yang lebih sering berkomunikasi lewat SMS, telepon, fesbuk maupun twitter ternyata memiliki resiko bercerai lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena keterikatan emosi di antara mereka yang sangat kurang.
Oleh karena itu, sesibuk apapun anda berdua, jangan sampai meninggalkan obrolan langsung. Jangan sampai tidak memiliki waktu untuk bercengkerama berdua bersama pasagan tercinta. Pelukan, elusan, belaian, kecupan disertai obrolan ringan adalah sarana menguatkan ikatan cinta antara suami dan istri. Tidak akan bisa digantikan oleh teknologi. Secanggih apapun teknologi itu.
- Terpengaruh oleh romantisme film dan sinetron
Konon, banyak wanita yang mudah terpengaruh oleh sebuah cerita film, sinetron, drama serial, atau kisah dalam novel yang menghadirkan romantisme semu. Kisah cinta sehidup semati atau kisah roman yang berakhir happy ending dalam sebuah film bisa menghipnotis wanita sehingga mereka memiliki harapan dan keinginan yang sangat tinggi akan kehidupan yang penuh nuansa roman. Sering kali hal ini menjadi tuntutan yang tidak mampu dipenuhi oleh suami.