Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta Jarak Jauh dan PJKA

22 September 2011   23:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:42 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat ini sangat banyak pasangan suami isteri yang tinggal terpisah disebabkan oleh karena pekerjaan, studi, atau karena alasan-alasan lain. Ada yang terpisah negara, suami di Jepang isteri dan anak-anak di Indonesia; suami di Indonesia sedangkan isteri bekerja sebagai TKW di Malaysia. Ada yang terpisah pulau, suami di Kalimantan sedangkan isteri di Jawa. Ada yang terpisah kota, suami di Jakarta dan isteri di Surabaya; dan lain sebagainya.

Tentu saja ada berbagai kendala yang muncul akibat "cinta jarak jauh" seperti ini. Perasaan kangen yang tertumpuk dalam waktu lama bisa menggoda kesetiaan mereka berdua. Kekosongan jiwa akibat tidak berada di dekat pasangan, bisa tergoda oleh karena adanya penyaluran kepada teman dekat yang setiap saat bertemu. Diperlukan energi yang sangat besar untuk tetap menjaga kesetiaan kepada pasangan dalam kondisi keterpisahan seperti ini.

Berikut saya sampaikan beberapa cara memahami realitas keterpisahan suami isteri.

Pertama, keterpisahan harus dipahami sebagai keterpaksaan

Jangan beranggapan bahwa terpisahnya suami dengan isteri adalah kelaziman. Idealnya, suami dan isteri tinggal bersama dalam satu rumah tangga bersama anak-anak. Kalaupun terpisah, itu hanya dalam hitungan jam karena suami dan isteri bekerja di tempat yang berbeda. Sesekali waktu terpisah dalam hitungan hari, karena adanya tugas luar yang harus dilakukan salah satu dari mereka.

Secara umum, suami dan isteri harusnya bersama-sama dalam satu rumah, agar bisa melaksanakan hak dan kewajiban sebagai suami dan isteri, maupun sebagai orang tua. Keterpisahan bukanlah pilihan ideal yang disengaja, namun merupakan keterpaksaan karena adanya tuntutan kondisi yang sulit dihindari. Apabila menganggap terpisah adalah kelaziman, maka akan berdampak tidak memiliki keinginan dan proyeksi untuk berkumpul bersama keluarga.

Kedua, harus ada batas waktu yang jelas

Keterpisahan suami dengan isteri harus ada batas waktu yang jelas, jangan sampai berpisah tempat selama-lamanya. Misalnya, terpaksa berpisah selama dua tahun karena sang suami mengikuti pendidikan S-2 di luar negeri. Atau terpaksa berpisah selama empat tahun karena sang isteri bekerja di negara lain dalam kurun waktu tersebut. Ada hitungan waktu yang jelas, sehingga bisa mengatur suasana dan perasaan pada suami dan isteri.

Jika berpisah tempat antara suami dan isteri tanpa memberikan definisi serta batasan yang jelas batas waktunya, akan menimbulkan suasana ketidakpastian. Ada suasana menggantung tanpa kejelasan, bagaimana status pernikahan dan keluarga yang mereka bangun. Jika sudah memiliki anak, akan membuat jarak psikologis yang semakin besar akibat berpisah lama dengan anak tanpa ada kejelasan kapan bisa berkumpul bersama.

Ketiga, harus ada upaya bertemu

Jika terpisah dalam waktu yang lama, harus ada upaya untuk tetap bertemu dalam rentang waktu tertentu. Misalnya setiap sebulan atau dua bulan sekali suami pulang menengok isteri, atau isteri yang menengok suami. Jangan sampai terpisah jarak dan waktu yang sangat lama, tanpa kejelasan, dan tanpa upaya untuk berjumpa.

Ada banyak keluarga jarak jauh yang memiliki tradisi PJKA (pulang Jumat kembali Ahad). Rekan-rekan yang bekerja di Jakarta sementara isteri dan anak-anak di luar Jakarta, terbiasa pulang ke rumah hari Jumat selepas kantor, namun harus kembali lagi ke Jakarta hari Minggu karena Senin sudah masuk kerja lagi. Lumayan, dalam sepekan sempat bertemu isteri dan anak-anak pada hari Sabtu dan Minggu.

Keempat, hindari perasaan nyaman saat terpisah

Jika ada perasaan lebih nyaman apabila berpisah tempat tinggal dengan pasangan, ini harus segera diterapi. Tuhan memberikan tuntunan pernikahan adalah agar masing-masing merasa tenteram dan bahagia bersama pasangannya. Dengan demikian, apabila terpisah oleh jarak dan waktu akan menyebabkan ketidaktenteraman dan ketidakbahagiaan. Merasakan ada sesuatu yang sangat berharga hilang dari sisinya.

Ingatlah bahwa tidak ada sesuatu apapun yang dapat digunakan untuk menggantikan perasaan nyaman berada bersama pasangan. Pelukan suami kepada isteri dan pelukan isteri kepada suami tidak akan pernah bisa digantikan oleh kemampuan teknologi. Telpon, sms, chatting, teleconference dan berbagai teknologi canggih lainnya tidak akan bisa menggantikan kehangatan pelukan pasangan.

Kelima, jangan kuburkan perasaan rindu

Adalah hal yang wajar dan patut disyukuri bahwa anda memiliki perasaan rindu kepada pasangan apabila berpisah dalam waktu lama. Jangan coba-coba mengubur perasaan rindu kepada pasangan anda, karena perasaan rindu itu bisa anda kelola menjadi energi untuk beraktivitas dengan serius, dan menjadi daya dorong untuk segera pulang menengok pasangan dan anak-anak di rumah.

Perasaan rindu tidak perlu anda sesali dan tidak perlu anda lawan, nikmati saja kehadirannya. Rindu akan membakar semangat anda untuk bekerja sebaik-baiknya demi orang-orang yang anda cintai dan anda rindukan. Jangan kuburkan, jangan anda lawan hadirnya perasaan rindu dengan berbagai aktivitas yang negatif. Nikmati perasaan rindu sebagai anugerah Tuhan dalam diri anda.

Keenam, kuatkan iman, hindari godaan

Terpisah jauh dan lama dari pasangan pasti sangat banyak tantangan dan godaan. Seorang ibu rumah tangga pernah bercerita kepada saya, banyak lelaki menawarkan "jasa" untuk menemaninya saat kesepian lantaran ditinggal tugas suami dalam waktu yang lama. Jika iman tidak kuat, godaan seperti itu mudah menjerumuskan. Sang pemberi “jasa” ini tidak segan-segan menyampaikan tawaran secara vulgar.

Demikian pula suami yang berada di tempat tugas, yang terpisah lama dari isteri, akan banyak mendapat godaan. Jika godaan itu tidak dihindari, akan menyebabkan mudah terjebak ke dalam perselingkuhan dan penyimpangan karena merasa perlu penyaluran potensi psikologis maupun biologisnya. Seorang suami menceritakan terpaksa "jajan" untuk menyalurkan hasrat biologisnya di tempat tugas, karena tidak tahan terpisah lama dari isteri.

Maka kuatkan iman, jangan mudah tergoda oleh orang-orang di sekitar yang berlaku iseng memanfaatkan kesepian yang anda alami.

Demikianlah beberapa cara memahami realitas keterpisahan tempat tinggal antara pasangan suami dan isteri. Semoga bermanfaat.

Salam untuk Komunitas PJKA.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun