Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anda Jatuh Cinta? Kenali Gejalanya

15 Juli 2014   16:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:17 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, kurator (Shutterstock)

[caption id="" align="aligncenter" width="562" caption="Ilustrasi, kurator (Shutterstock)"][/caption]

Profesor Stephanie Ortigue, seorang peneliti dari Syracuse University menyatakan, ada 12 (duabelas) area pada otak yang bekerja pada saat seseorang jatuh cinta. Kedua belas area itu menghasilkan bahan kimia, seperti dopamine, oxytocin, adrenalin, dan vasopression, yang berujung pada euforia. Rasa cinta juga memengaruhi fungsi psikologi, metafora, dan penilaian fisik. Inilah informasi awal yang ditemukan melalui serangkaian penelitian.

Pertanyaan yang kerap muncul adalah, cinta itu berasal dari hati atau otak? "Pertanyaan yang selalu sulit dijawab. Saya berpendapat asalnya dari otak," kata Ortigue. "Contohnya, suatu proses di otak kita bisa menstimulasi hati. Beberapa perasaan dalam hati kita sebetulnya merupakan gejala atas proses yang terjadi di otak."

Hasil penelitian yang lain mendapati peningkatan jumlah darah dalam faktor penumbuh untuk syaraf, yang memegang peranan penting dalam cara orang bersosialisasi. Hal ini menghadirkan fenomena yang disebut dengan "cinta pada pandangan pertama", sebagaimana dikonfirmasi oleh temuan Ortigue yang menyebutkan bahwa cinta bisa hadir dalam waktu seperlima detik.

Tigabelas Tanda Jatuh Cinta

Dengan berbagai studi, akhirnya terungkap pula secara ilmiah bahwa jatuh cinta bisa dijelaskan tanda-tandanya. Perasaan jatuh cinta bukan sesuatu yang abstrak, namun nyata dengan aneka tanda dan gejalanya.

Studi yang dipimpin antropolog Helen Fisher dari Rutgers University mengungkapkan, otak `jatuh cinta' merupakan fase unik dalam rentang waktu yang jelas, dan ditunjukkan dengan 13 gejala sebagai berikut.

Pertama, “dia orang spesial”.

Sebenanrnya, semua orang itu 'biasa saja'. Tidak ada orang yang spesial. Namun saat sedang jatuh cinta, seseorang mulai berpikir dan merasakan bahwa kekasihnya adalah orang paling spesial yang pernah ada selama ini. Fisher dan rekannya yakin, pikiran tunggal ini merupakan hasil dari peningkatan kadar dopamin pusat --bahan kimia yang mengatur perhatian dan fokus di otak.

Kedua, “dia sempurna”.

Pada dasarnya semua manusia itu tidak ada yang sempurna. Namun saat jatuh cinta, orang cenderung fokus pada kualitas positif dari kekasihnya dan mengabaikan sifat-sifat negatifnya. Tampak kekasih sebagai makhluk yang sempurna. Orang yang jatuh cinta juga lebih fokus pada hal sepele dan benda-benda yang mengingatkan mereka pada kekasihnya. Perhatian yang difokuskan ini juga diduga merupakan akibat peningkatan kadar dopamin pusat serta lonjakan norepinefrin pusat --zat kimia terkait peningkatan memori yang muncul saat ada rangsangan baru.

Ketiga, “aku merasa kacau”.

Jatuh cinta telah menyebabkan ketidakstabilan emosi dan fisiologis. Seseorang akan mengalami badai kegembiraan, euforia, meningkatnya energi, sulit tidur, kehilangan nafsu makan, gemetar, hati berdebar dan napas yang makin cepat serta kecemasan, panik dan perasaan putus asa meski hanya dipicu hal kecil. Sebuah perasaan yang tidak dialami oleh orang yang tidak jatuh cinta.

Perubahan suasana hati ini mirip dengan perilaku pecandu narkoba. Saat jatuh cinta, jika diperlihatkan gambar orang yang dicintainya, akan mengaktifkan daerah otak yang sama saat pecandu obat mengonsumsi narkoba. Menurut para peneliti, jatuh cinta merupakan bentuk kecanduan.

Keempat, “mengatasi tantangan bersama semakin mendekatkan kami”.

Saat jatuh cinta, biasa ditemui berbagai bentuk tantangan dan hambatan. Ternyata melewati berbagai kesulitan bersama orang yang dicintai cenderung meningkatkan daya tarik romantis. Dopamin pusat bertanggung jawab pada reaksi ini. Hasil studi menunjukkan, saat menghadapi suatu tantangan, syaraf penghasil dopamin di wilayah pusat otak menjadi lebih produktif.

Kelima, “aku terobsesi dengannya”.

Orang yang sedang jatuh cinta selalu terobsesi dengan kekasihnya. Mereka mengaku menghabiskan 85% waktu `meleknya' untuk merenungi dan memikirkan kekasih. Kondisi ini membuat orang jatuh cinta tampak sering merenung dan tidak konsentrasi pada pekerjaannya. Pikiran seperti ini merupakan bentuk perilaku obsesif, diduga akibat penurunan kadar serotonin pusat di otak.

Keenam, “aku ingin terus bersamanya sepanjang waktu”.

Orang jatuh cinta merasa gelisah saat berpisah dengan kekasihnya. Secara teratur menunjukkan tanda-tanda ketergantungan emosional pada hubungan mereka, termasuk posesif, cemburu, takut ditolak, dan cemas saat berpisah. Mereka ingin selalu bersama dengan pasangan sepanjang waktu. Seakan-akan dunia telah menjadi milik mereka berdua saja.

Ketujuh, “aku berharap kita akan bersama selamanya”.

Orang jatuh cinta mendambakan hubungan emosional 'selamanya' dengan kekasih. Mereka selalu mencari cara untuk lebih dekat dan menghayal mengenai masa depan mereka yang bahagia. Seakan-akan hubungan mereka tidak boleh ada yang memisahkan. Mereka siap menghadapi tantangan siapapun yang berusaha memisahkan mereka.

Kedelapan, “aku rela melakukan apa saja untuknya”.

Orang yang sedang jatuh cinta menunjukkan gejala pengorbanan yang sangat tinggi, demi kekasih hati. Umumnya mereka merasakan empati yang kuat pada pasangannya, merasakan sakit hati kekasih sebagai sakit hatinya dan bersedia mengorbankan apa saja untuk kekasih yang dicintai.

Kesembilan, “apakah ia suka penampilanku?”

Orang yang jatuh cinta sangat peduli dengan penampilan. Mereka khawatir penampilannya tidak menarik di hadapan kekasih. Maka mereka mulai memiliki kebiasaan menyusun ulang prioritas harian atau mengubah penampilan, tingkah laku, kebiasaan atau nilai-nilai untuk lebih menyelaraskan dengan selesa sang kekasih. Tanpa mereka sadari, penampilan mereka telah berubah.

Kesepuluh, “bisakah kita menjadi eksklusif?”

Pasangan yang tengah jatuh cinta ingin selalu berduaan, tanpa ada orang lain yang melihat aktivitas mereka. Muncul perasaan ingin eksklusif untuk mengeksplorasi kesenangan bersama kekasih. Mereka mengalami kenaikan gairah seksual namun ada ikatan emosional yang kuat. Muncul pula kecemburuan yang ekstrim saat pasangan dicurigai melakukan selingkuh. Rasa posesif ini muncul dengan harapan agar orang yang dicintai akan berlaku setia kepada dirinya.

Kesebelas, “ini bukan soal seks”.

Walaupun keinginan berhubungan seksual sangat besar pada orang yang jatuh cinta, namun keinginan untuk memadukan sisi emosional tampak lebih dominan. Sebuah hasil studi menemukan, 64% orang jatuh cinta tak setuju dengan pernyataan, "Seks paling penting dalam hubungan dengan pasangan."

Keduabelas, “aku merasa lepas kendali”.

Fisher dan rekan menemukan, orang yang tengah jatuh cinta sering mengaku gairahnya spontan dan tak terkendali. Tiba-tiba ingin melakukan sesuatu bersama pasangan secara spontan, dan begitu keinginan itu muncul, sering suilit untuk dikendalikan. Bahkan mereka akan kehilangan rasa malu, yang biasanya rasa malu itu muncul apabila mereka berada dalam situasi normal, tidak sedang jatuh cinta.

Ketigabelas, “rasa itu hilang”.

Perasaan jatuh cinta itu tidak berlangsung lama. Perlahan namun pasti, perasaan jatuh cinta akan berubah menjadi cinta pada umumnya, yang berkembang menjadi hubungan jangka panjang. Berbagai perasaan dan kondisi yang telah disebutkan di atas, akan menghilang seiring dengan berjalannya waktu. Apabila hubungan berlanjut ke jenjang pernikahan, maka perasaan yang muncul adalah perasaan cinta sebagai pasangan suami istri pada umumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun