Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Takut Menikah? Lakukan 8 Hal Ini

6 Februari 2023   10:08 Diperbarui: 7 Februari 2023   00:32 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikah, dalam persepsi kebanyakan anak muda, adalah peristiwa yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu kehadirannya. Hati yang berdebar karena tidak sabar. Rasanya ingin segera menikahi orang yang sesuai pilihan hati. Namun ternyata tidak semua orang happy dengan pernikahan.

Ada beberapa kalangan yang justru takut menikah, menganggap pernikahan sebagai beban yang sangat memberatkan. Ada perempuan lajang yang mengalami trauma, sehingga dirinya ketakutan menikah. Ada lelaki lajang yang tidak berani untuk mengambil keputusan menikah, karena selalu dibayang-bayangi ketakutan.

Sebagian anak muda ketakutan menikah, disebabkan trauma yang muncul akibat keretakan pada rumah tangga orang tuanya. Setiap hari ia menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar hebat, apalagi ketika dibarengi dengan peristiwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

Bentakan, caci maki, pukulan, tendangan, dan berbagai kekerasan psikologis maupun kekerasan fisik yang dipertontonkan oleh ayah dan ibu di depan anak-anak, berpotensi menimbulkan trauma pada anak-anak. Apalagi ketika tidak tampak adanya usaha untuk saling berbaikan, justru dilanjutkan dengan perceraian dan tuntut menuntut.

Sebagian yang lain takut menikah karena khawatir penolakan dan kekecewaan yang akan muncul dari pasangan. Sangat banyak kejadian perceraian dan pertengkaran suami istri yang dipicu oleh adanya kekecewaan terhadap pasangan. Suami kecewa dengan sikap istri, demikian pula istri kecewa dengan sikap istri.

Ada pula yang kecewa karena kondisi fisik yang tidak sesuai harapan. Ada yang kecewa karena ketidaksetiaan pasangan. Ada yang kecewa karena kondisi ekonomi yang tidak sesuai harapan.

Berbagai jenis kekecewaan pada banyak kalangan suami istri ini menyebabkan sebuah trauma dan ketakutan menikah pada sebagian anak muda.

Sebagian yang lain takut menikah karena kekhawatiran yang berlebihan bahwa dirinya tidak akan bisa membahagiakan pasangan. Seorang lelaki lajang khawatir tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup berumah tangga, disebabkan sulitnya mencari kerja yang memberikan penghasilan layak.

Seorang perempuan lajang khawatir tidak bisa mendapatkan suami yang bisa bertanggung jawab terhadap kehidupan berumah tangga.

Kekhawatiran ini didukung oleh adanya fakta, bahwa perceraian di Indonesia sangat banyak dipicu oleh faktor ekonomi. Sebagian yang lain takut menikah (lagi) setelah gagal membangun rumah tangga bersama pasangan sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun