Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Laki-laki Sejati, Pandai Mencintai Istri

15 November 2022   05:02 Diperbarui: 15 November 2022   05:15 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumen pribadi, olahan by Canva

Catatan Laki-laki (8)

Pada dasarnya, laki-laki tak ingin menyakiti istri. Ia sadar, kekuatan akal dan kekuatan fisik yang dimiliki, adalah untuk melindungi istri. Bukan saja melindungi istri dari kejahatan pihak lain, bahkan melindungi dari kejahatan dirinya.

Laki-laki dikaruniai akal untuk pandai mencintai istri. Dengan akalnya ia tahu bahwa di atas langit masih ada langit. Secantik apapun istrinya, masih ada perempuan lain yang lebih cantik. Seganteng apapun dirinya, masih ada lelaki lain yang lebih cantik.

Maka ia tak akan membandingkan istrinya dengan perempuan lain. Ia tahu perbuatan itu akan menyakiti istrinya. Membandingkan istri dengan perempuan lain juga akan membuat dirinya terjatuh ke dalam fitnah.

Laki-laki sejati mampu menjaga dan menundukkan pandangan matanya. Hanya dengan cara itu ia akan selalu bisa mengagumi dan mencintai istrinya.

Ibnu Jauzi dalam kitab Shaidul Khatir menasehati kaum lelaki. "Terkadang," ujar Ibnu Jauzi, "Seorang laki-laki melihat seorang perempuan yang tampak lebih cantik dari istrinya. Dalam benaknya, yang muncul hanya hal-hal yang indah dan menarik dari perempuan itu. Pikirannya hanya berisi sisi-sisi baik perempuan itu. Lalu ia pun berusaha menikahinya".

"Jika keinginannya itu tercapai," lanjutnya, "perempuan itu menjadi istrinya, ia pun mulai melihat kekurangan yang selama ini tidak tampak dan tak pernah terpikirkan. Ia pun kemudian merasa bosan. Ada penyesalan dalam dirinya".

"Ternyata istri kedua ini kurang bagus agamanya, atau cintanya jauh dari sempurna, atau kurang bisa mengurus rumah tangga (--atau kekurangan-kekurangan lainnya). Sehingga keindahan yang tadinya dibayangkan tenggelam oleh kekurangan yang kini tampak nyata".

"Karena itu", ujar Ibnu Jauzi, "seyogyanya laki-laki berakal selalu berkonsentrasi pada istrinya saja. Ia mengajak dan memfasilitasi istri untuk mempercantik diri. Setelah itu pejamkan mata dari mencari-cari kekurangannya. Insya Allah hatinya tenteram."

Laki-laki sejati, pandai mencintai istri. Pandai memuliakan istri. Ia tak akan membandingkan istrinya dengan perempuan lain yang lebih glowing dan lebih langsing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun