Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menguatkan Komitmen dalam Menjalani Kehidupan Pernikahan

14 September 2022   16:54 Diperbarui: 14 September 2022   17:05 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
mentalhealth4muslims.com

Umumnya, orang yang sudah menikah memiliki kecenderungan untuk mempertahankan pernikahannya. Misalnya untuk menjaga wibawa, atau harga diri keluarga, atau menjaga citra di tengah masyarakat, dan lain sebagainya. Maka komponen pertama ini disebut sebagai primitif.

Kedua, orientasi jangka panjang. Komponen ini melibatkan kepentingan yang lebih besar atau orientasi yang bersifat jangka panjang. Pasangan yang memiliki orientasi jangka pendek cendrung berperilaku sesuai dengan keinginan pribadi, tanpa peduli masa depan keluarga.

Misalnya, mereka memikirkan nasib anak-anak apabila memutuskan bercerai. Pasangan suami istri sama sama khawatir akan kondisi anak mereka jika tidak diasuh oleh orangtua secara utuh. Ini menimbulkan komitmen untuk menjaga hubungan pernikahan.

Ketiga, kepentingan pribadi atau antarpribadi. Komponen ini membawa nilai-nilai intrinsik pada diri suami maupun istri, serta kesediaan berkorban bagi pasangan. Seseorang yang merasa tidak bahagia dalam pernikahan, bisa tetap berkomitmen meneruskan kehidupan berumah tangga, misalnya --karena keyakinan bahwa keikhlasan dan kesabaran akan berbuah pahala.

Seseorang yang memiliki komitmen akan bersedia mengerahkan usaha untuk mempertahankan hubungan tanpa memperhitungkan balasan yang akan diterima dari pasangan. Suami atau istri menginspirasi tindakan tersebut sepenuhnya dengan berorientasi pada pasangan.

Tanpa komitmen, pernikahan akan kehilangan kesakralan. Suami dan istri bisa melakukan tindakan ceroboh dan mengambil keputusan tanpa pertimbangan yang matang.

Bahan Bacaan

Caryl E. Rusbult dkk, The Investment Model of Commitment Processes, Department of Psychological Sciences Faculty Publications, https://docs.lib.purdue.edu, 2011

Dyah Astorini Wulandari, Kajian tentang Faktor-faktor Komitmen dalam Perkawinan, Jurnal Psycho Idea Vol 7 No 1 tahun 2009, http://jurnalnasional.ump.ac.id,

Eli J. Finkel, The All-or-Nothing Marriage, https://www.nytimes.com, 14 Februari 2014

Mitch Temple, Strengthening Marital Commitment, http://www.focusonthefamily.com, 1 Januari 2003

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun