Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Berlomba Membuat Pasangan Ridha

3 September 2022   19:51 Diperbarui: 3 September 2022   20:02 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang laki-laki datang kepada Nabi Saw dan berkata, "Berilah aku nasihat, wahai Rasulullah". Nabi Saw menjawab, "Jangan marah." Lelaki itu mengulangi permintaannya beberapa kali. Nabi Saw tetap menjawab, "Jangan marah."

Hadits di atas menjadi araha atas sikap dan sifat orang beriman. "Jangan marah", pada praktiknya adalah arahan untuk mengendalikan emosi dan mengendalikan impuls. Sebab, semua manusia bisa memiliki rasa marah. Hanya saja, ada kemarahan yang tercela dan ada kemarahan yang terpuji.

Contoh kemarahan yang trrcela adalah marahnya suami kepada istri dan marahnya istri kepada suami, yang tidak terkait dengan pelanggaran syariat agama. Apabila kemarahan disebabkan karena ada perilaku melanggar syariat, maka tidak termasuk yang dilarang. Bahkan harus dilakukan.

Jika ada suami melanggar syariat, misalnya melakukan perselingkuhan, wajar jika istri marah. Ini kemarahan yang terpuji. Demikian pula jika ada istri melanggar syariat, misalnya melakukan perselingkuhan, wajar jika suami marah. Ini kemarahan yang terpuji.

Namun sangat banyak kemarahan yang bermula dari hal-hal sepele dan sederhana. Misalnya salah paham dalam komunikasi, cara berbicara yang tidak mengenakkan, cara melayani yang tidak sesuai harapan, dan hal yang semacam itu, kemudian meledak memunculkan kemarahan. Inilah kemarahan yang harus dihindari.

Jika suami dan istri membiarkan banjir emosi dalam diri mereka, yang akan terjadi adalah gejala saling menjauh. Mereka membangun jarak dan membangun benteng. Menghilangkan kedekatan, menghilangkan kelekatan, merusak kenyamanan hubungan, dan memunculkan perseteruan.

Ja'far bin Muhammad menyatakan, "Marah adalah pintu segala kejelekan." Dikatakan kepada Ibnu Mubarak, "Kumpulkanlah untuk kami akhlak yang baik dalam satu kata." Beliau menjawab, "Meninggalkan amarah." Demikian juga Imam Ahmad dan Ishaq menyatakan bahwa akhlak yang baik adalah meninggalkan amarah.

Untuk itu, suami dan istri harus berusaha serta berlomba membuat ridha hati pasangan. Jangan biarkan pasangan memendam kemarahan kepada Anda, sebagaimana jangan biarkan diri Anda memendam kemarahan kepada pasangan.

Diriwayatkan dari Baqiyah bin Al-Walid, bahwa Ibrahim bin Adham bercerita tentang Abu Darda' dan istrinya, Ummu Darda'. Pada suatu ketika, Abu Darda' berkata kepada Ummu Darda', "Jika engkau sedang marah, aku akan berusaha membuatmu ridha, dan jika aku sedang marah, maka buatlah aku ridha. Jika tidak demikian, maka kita tidak akan menyatu".

Kemudian Ibrahim bin Adham berkata kepada Baqiyah bin Al-Walid, "Wahai saudaraku, begitulah seharusnya orang-orang yang saling bersaudara itu dalam melakukan persaudaraannya, kalau tidak begitu, maka mereka akan segera berpisah".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun