Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Mengapa Ibu Hamil Harus Bahagia?

3 Agustus 2022   13:08 Diperbarui: 3 Agustus 2022   13:15 947
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak-anak yang sehat mental dan fisik, lahir dari ibu yang sehat mental dan fisiknya. Ternyata, kondisi mental ibu hamil bisa memberikan pengaruh terhadap janin yang dikandungnya, bahkan berlanjut menjadi pengaruh pascakelahiran.

Sebuah penelitian (2019) meminta ibu hamil untuk melaporkan kondisi mental mereka setiap bulan. Hasil penelitian dilaporkan dalam British Journal of Psychiatry, menemukan bahwa stres berkepanjangan dan dalam level tinggi selama kehamilan berpotensi memiliki efek panjang terhadap anak-anak.

Anak-anak yang terpapar stres dari ibunya, kemungkinan mengalami gangguan kepribadian 9,53 kali lipat dibanding mereka yang ibunya tidak mengalami stres. Adapun anak-anak yang terpapar stres sedang, memiliki peluang gangguan kepribadian empat kali lipat.

Ross Brannigan dari Royal College of Surgeons di Irlandia yang menulis hasil penelitian tersebut mengatakan, "Studi ini menyoroti pentingnya dukungan untuk mengatasi stres dan kesehatan mental bagi para perempuan hamil dan keluarga selama masa kehamilan dan setelah melahirkan."

Studi tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa kondisi mental ibu hamil berpengaruh terhadap kondisi janin hingga masa-masa perkembangannya setelah lahir. Dr. Trudi Senevirante dari Royal College of Psychiatrists menyatakan, kehamilan bisa menjadi masa yang penuh tekanan dan para calon ibu membutuhkan bantuan.

"Jika stres tidak ditanggulangi, ada kemungkinan besar itu akan masuk ke periode pascakelahiran," ujar Trudi. Para calon ibu harus mendapatkan dukungan selama di rumah dan di tempat pekerjaan selama kehamilan dan diberikan strategi bagaimana menyesuaikan diri ketika mereka stres, lanjutnya.

Untuk itu, ibu hamil harus bisa mendeteksi kondisi mentalnya dengan baik. Apabila ada ketertekanan mental yang membuatnya depresi dan tidak bahagia, ia harus segera berusaha mencari bantuan. "Mereka perlu belajar untuk beristirahat, meminta dukungan dan berbicara dengan seseorang tentang bagaimana perasaan mereka," lanjut Trudi Senevirante.

Suami Memberikan Pengaruh Paling Besar

Agar ibu hamil selalu dalam kondisi bahagia dan tidak depresi, peran suami sangat dominan. Jika suami selalu menunjukkan sikap peduli, care, bertangg jawab, dan membersamai sepenuhnya istri yang tengah hamil, niscaya sang istri akan bahagia.

Namun jika suami cuek, tidak peduli dengan kehamilan istri, bahkan tidak memberikan dukungan mental dan teknis, akan membuat sang istri menderita. Terlebih ketika suami melakukan perbuatan tercela --misalnya selingkuh, di saat sang istri hamil dan memerlukan dukungan mental dari sang suami. Penyelewengan suami akan membuat ketersiksaan pada diri istri yang tengah hamil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun