Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Pertengkaran Mobil", Mengapa Sering Terjadi antara Suami dan Istri?

4 Mei 2022   07:15 Diperbarui: 5 Mei 2022   04:38 2909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"One-in-three drivers found their partners to be the most- stress-inducing occupant of the front seat" --Eddie Cunningham, 2015.

Pernahkah Anda mengamati kebiasaan Anda dalam mengemudi mobil? Bagi sebagian pengemudi, mereka senang mendengarkan musik. Untuk kalangan santri, mereka senang mengemudi sembari mendengarkan murattal. Sebagian pengemudi lainnya senang menikmati suasana hening, tanpa suara apalagi keributan. Mengapa demikian?

"We may be unaware of what's happening to our nervous system as drivers", ujar Daniel Dashnaw, seorang terapis pernikahan di Amerika. Ya benar, kita sering kali tidak menyadari apa yang tengah terjadi pada sistem saraf saat tengah mengemudi kendaraan.

"Driving requires a stressful state of heightened awareness, as we scan our surroundings for threats", lanjut Daniel Dashnaw. Mengemudi menimbulkan stres, untuk menghadirkan kesadaran dan kewaspadaan di sepanjang perjalanan. Kita memindai lingkungan untuk menemukan 'ancaman' yang bisa membahayakan diri maupun orang lain.

Mengemudi Adalah Pemicu Stres Pada Saraf

"When we're driving, we are also in a defensive mindset. The mere act of driving itself is a hidden stressor on the nervous system" --Daniel Dashnaw.

Saat mengemudi, kita berada dalam pola pikir defensif. Menurut Dashnaw, aktivitas mengemudi itu sendiri adalah pemicu stres tersembunyi pada sistem saraf. Karena aktivitas mengemudi mobil menimbulkan tekanan atau stres, maka respon tubuh kita memerlukan relaksasi.

Tanpa kita sadari, ada keinginan mendengarkan murattal, atau musik, dan tidak ingin mendengarkan keributan --misalnya tangisan anak dan teriakan penumpang. Pikiran pengemudi sedang berkonsentrasi, perlu diseimbangkan dengan tindakan relaksasi.

Hal ini sangat berbeda dengan umumnya penumpang. "But if you're the passenger, you have a completely different experience. Your nervous system may actually be more relaxed than usual", ujar Daniel Dashnaw. Umumnya penumpang berada dalam sistem saraf yang lebih rileks dari biasanya.

Jika kita bepergian dengan mobil, dengan status sebagai penumpang yang menikmati perjalanan, suasana diri kita akan enjoy. Suasana santai dan rileks, menikmati indahnya pemandangan, atau menikmati kenyamanan jalan tol baru yang belum pernah dilewati. Berbeda jika penumpang tidak suka dengan cara pengemudi membawakan kendaraan, akan memunculkan stres tersendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun