Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Toxic Marriage (4), Pernikahan Tanpa Intimacy

20 April 2022   21:47 Diperbarui: 20 April 2022   21:59 1924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://aboutislam.net/

"Research published in 2020 revealed the most frequently given reasons for divorce from a sample of more than 2,000 people. They were lack of love/intimacy, communication issues, lack of sympathy/respect/trust, and growing apart" --Sheri Stritof, 2022.

Sheri Stritof (2022) menunjukkan hasil dari sebuah penelitian tentang alasan perceraian yang paling sering terjadi. Studi dengan sampel lebih dari 2.000 orang tersebut menunjukkan, alasan terbesar yang diungkapkan oleh pasangan bercerai adalah kurangnya cinta atau keintiman (intimacy) dengan pasangan.

Sebanyak 2.371 responden telah berpartisipasi dalam studi tersebut, mengungkap motif di balik perceraian mereka. Motif yang paling sering diberikan adalah kurangnya cinta/keintiman, masalah komunikasi, kurangnya simpati/respek/kepercayaan, dan tumbuh terpisah. Motif yang paling sedikit dilaporkan adalah kekerasan, kecanduan, kecelakaan atau penyakit, dan kepribadian.

Hasil studi yang dilakukan oleh Jenna Marie Strizzi, Soren Sander, Ana Cipri, dan Gert Martin Hald pada tahun 2020 ini dianggap relevan dengan trend global mengenai peningkatan pentingnya aspek emosional dan psikologis dalam hubungan pernikahan. Rupa-rupanya pasangan di zaman cyber mengalami banyak kendala untuk membangun keintiman dengan pasangan.

Toxic Marriage, Keluarga Tanpa Intimacy

Dalam pernikahan yang toxic, mereka hanya menjalani formalitas  kehidupan berumah tangga, namun tidak disertai dengan intimacy. Mereka seperti hidup sendiri-sendiri, meskipun terikat oleh pernikahan. Tak ada kehangatan emosional yang bisa mereka nikmati. Mereka saling mandiri, dan saling tidak peduli.

Salah satu dampak serius jika suami dan istri kehilangan intimacy adalah, mereka mudah menemukan intimacy dengan orang lain. Suami yang kehilangan intimacy dengan istri, mudah mendapatkan keintiman dengan perempuan lain. Istri yang kehilangan intimacy dengan suami, mudah mendapatkan keintiman dengan lelaki lain.

Gary Neuman pernah melakukan studi tentang sebab apa lelaki berselingkuh. Dari studi Gary, ditemukan ada beberapa sebab utama yang bisa menjelaskan di balik perselingkuhan laki-laki. Di antaranya, 48% lelaki yang mengaku alasan mereka berselingkuh adalah ketidakpuasan secara emosional terhadap istri.

Mereka telah kehilangan intimacy dengan istri. Tidak ada kehangatan emosional yang terbangun antara suami dan istri. Mereka butuh diapresiasi, dipercaya dan didukung. Mereka butuh merasa bahwa kerja keras dan perannya diakui dan dihargai oleh istri.

Selanjutnya Gary menemukan, sebanyak 40% suami mengaku berselingkuh dengan rekan kerjanya di kantor. Jika ia merasa tidak dihargai di rumah, sementara di kantor ada yang secara rutin mendukung, memuji dan mengagumi mereka, maka perselingkuhan mudah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun