Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Berdamai dengan Perbedaan Karakter Pasangan

19 November 2021   22:44 Diperbarui: 23 November 2021   02:45 3470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

1. Mereka menikah dengan kesadaran, bukan paksaan

Joko dan Sri menikah dengan kesadaran mereka berdua. Tidak ada pihak yang menjodohkan mereka, tidak ada pihak yang memaksa mereka untuk menikah. Keputusan menikah benar-benar mereka buat dengan sepenuh kesadaran sebagai orang dewasa. Bukan kawin paksa.

Ini adalah hal mendasar dalam memahami situasi pernikahan mereka saat ini. Mereka berdua adalah orang dewasa yang telah membuat pilihan bersama, maka tidak ada pihak lain yang bisa disalahkan dalam pernikahan mereka tersebut.

Sangat berbeda dengan peristiwa kawin paksa. Ketika sepasang suami istri dinikahkan secara paksa tanpa ada persetujuan atau kecocokan dari awal, wajar jika mereka merasa tidak bisa menerima adanya perbedaan yang muncul kemudian. Mereka saling kecewa karena merasa dipaksa.

Pada contoh keluarga Joko dan Sri, mereka menikah suka sama suka, tidak ada pihak yang memaksa. Harusnya mereka berdua selalu berusaha untuk menyesuaikan diri dan menikmati, karena apapun yang ada pada diri pasangan, itu adalah pilihan sadarnya sendiri.

2. Mereka saling tidak punya andil membentuk kepribadian pasangan

Saat Joko menikahi Sri, usia Sri sudah 23 tahun. Tidak ada kontribusi Joko untuk membentuk karakter dan kepribadian Sri sampai usianya yang duapuluh tiga tahun itu, Kepribadian Sri dibentuk oleh orang tua, keluarga, sekolah dan lingkungan yang selama ini dihadapi.

Demikian pula, Sri tidak memiliki kontribusi untuk membentuk karakter dan kepribadian Joko sampai umur 25 tahun itu. Kepribadian Joko dibentuk oleh orang tua, keluarga, sekolah dan lingkungannya.

Bagaimana Joko mengharap Sri bisa sama dengan dirinya, bagaimana Sri bisa memaksa Joko untuk sama dengan dirinya, padahal saat menikah keduanya sudah memiliki karakter hasil bentukan masa lalu masing-masing.

Perbedaan itu muncul dari hasil pembiasaan dan pendidikan dalam masa yang panjang sejak lahir hingga saatnya mereka menikah. Tidak mungkin bisa berubah dalam waktu yang singkat. Harusnya Joko dan Sri bisa berdamai dengan perbedaan tersebut.

3. Mereka jelas-jelas dari latar belakang keluarga yang berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun