Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Berdamai dengan Perbedaan Karakter Pasangan

19 November 2021   22:44 Diperbarui: 23 November 2021   02:45 3470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Sri: Saya lelah punya suami yang tidak bertanggung jawab seperti dia. Orang yang hidup mengalir seperti air. Tidak punya rencana apa-apa, tidak mengerti strategi, tidak mengerti evaluasi. Tidak punya target, tidak punya ambisi. Mau menjadi seperti apa keluarga kita kalau hidup mengalir seperti itu? Keluarga kita bisa hancur karena berjalan tanpa arah yang jelas. Ini semua karena Joko sebagai suami yang tidak punya visi dan misi.

Perhatikan jawaban Joko atas keluhan Sri.

Joko: Dia lelah menjalani hidup karena terlalu berobsesi. Coba kalau dia bisa bersikap lebih santai, tentu dia akan lebih bisa menikmati hidup. Keluarga kita tidak akan hancur hanya karena tidak punya rencana. 

Keluarga kita hancur kalau sikap hidupnya selalu materialistis dan tidak bisa bersyukur. Saya tersinggung dikatakan tidak bertanggung jawab. Kalau dikatakan penghasilan saya tidak sesuai harapan dia, itu benar. Tetapi bukan berarti saya tidak bertanggung jawab.

Sekarang perhatikan keluhan Joko berikut ini.

Joko: Saya sangat tertekan memiliki istri yang selalu menyalah-nyalahkan kondisi saya. Memang saya berasal dari keluarga petani miskin yang tidak berpendidikan, tapi jangan mengejek keluarga saya dong. 

Dia harus tahu bahwa semua keluarga besar saya hidup bahagia dalam kesederhanaan mereka, Justru saya lihat keluarga besar Sri tidak bisa bahagia walaupun mereka semua pengusaha kaya, karena terlalu ngoyo dalam menjalani hidup. Dia terlalu materialistis dan tidak pernah bersyukur atas apa yang sudah dimiliki.

Perhatikan jawaban Sri atas keluhan Joko.

Sri: Saya tidak menyalahkan dia, juga tidak mengejek keluarganya. Saya juga tidak materialistis. Saya hanya ingin dia punya rencana, punya target, punya strategi, evaluasi dan indikator keberhasilan dalam hidup. Jangan mengalir seperti air. 

Apa keinginan seperti itu salah? Apa keinginan seperti itu berlebihan? Hidup terencana seperti itulah yang diajarkan orang tua saya, dan dilaksanakan oleh semua saudara saya. Menurut saya, itu permintaan yang sederhana saja. Semua demi kebaikan masa depan keluarga.

Menikmati Perbedaan

Hal penting dalam kehidupan keluarga Joko dan Sri adalah adaptasi dan sinergi. Keduanya harus bersedia menerima pengaruh pasangan, saling mendekat, saling menyesuaikan diri dengan harapan pasangan.

Sikap bersikukuh dengan prinsip dan keyakinan masing-masing seperti itu yang membuat mereka selalu bertengkar. Mereka tidak bisa berdamai dengan berbagai perbedaan yang ada pada diri pasangannya. Dampaknya masing-masing merasa benar sendiri, dan tidak mau mengalah atau mengubah untuk beradaptasi.

Ada hal sederhana yang harus mereka pahami bersama. Coba dirunut dari sejarah pernikahan Joko dan Sri, sepuluh tahun yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun