Namun jika sang suami berpikir dan berusaha untuk mempertemukan dan menjalankan keduanya, maka ibu akan terhormati dan termuliakan, istri akan terbela dan terlindungi. Keduanya aman, damai dan bahagia. Tidak ada yang merasa tersakiti, tidak ada yang merasa terzalimi, tidak ada yang merasa tersingkirkan.
Saran Kepada Sang Istri
Sedangkan saran saya kepada sang istri adalah, hendaklah bisa menempatkan diri dengan tepat di sisi suami. Jangan berusaha menjadi perempuan pertama di hati suami. Ingat, Anda adalah perempuan kedua di hati suami Anda. Perempuan pertama di hati suami Anda adalah ibu kandungnya.
Ibu kandungnya telah menjadi lantaran keberadaannya di dunia --dan bertemu dengan Anda, istrinya.Â
Sang ibu telah mengandung sembilan bulan, melahirkan dengan sepenuh kesakitan, mengasuh dengan sepenuh kasih sayang, mendidik dengan sepenuh kesungguhan.Â
Sampai duapuluh lima tahun sang ibu terus menerus mengurus anak lelakinya, sampai akhirnya sang anak menikah dengan Anda.
Sebelum ketemu Anda, suami Anda memiliki perempuan yang sangat ia cintai dan sangat ia hormati. Jangan berusaha menggeser kecintaan dan penghormatan suami Anda kepada ibu kandungnya.Â
Di hati suami, Anda adalah perempuan kedua. Jika Anda berusaha menjadi perempuan pertama di hatinya, ini akan menimbulkan konflik.
Jika Anda mampu meletakkan diri sebagai perempuan kedua di hatinya, suami Anda akan sangat bahagia. Ia melihat Anda menghormati dan mencintai ibu kandungnya.Â
Ia merasakan bakti Anda kepada ibunya. Suasana ini menimbulkan kebahagiaan pada hati suami. Dengan suasana jiwa yang bahagia, lantaran sikap Anda, suami akan semakin sayang dan semakin cinta dengan Anda.
Percayalah.