Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menantu-Mertua: Aneka Rasa dan Warna

4 September 2021   06:31 Diperbarui: 4 September 2021   06:35 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.insider.com

Beberapa waktu yang lalu, saya membuat postingan di instagram dan facebook, terkait persoalan menantu dan mertua. Dalam postingan itu, saya akhiri dengan pertanyaan, apa masalah yang Anda hadapi dalam berinteraksi dengan mertua?

Muncul banyak ungkapan di kolom komentar, baik pada akun instagram maupun di facebook. Berikut beberapa persoalan yang dirasakan dalam berinteraksi dengan mertua.

Mertua terkadang belum bisa menerima menantu yang tidak bekerja seperti saya. Mertua menginginkan menantu yang bekerja, sehingga bisa membantu ekonomi suami. Keinginan mertua itu memang baik, tapi suami tidak mengizinkan saya bekerja. Ini yang menjadi dilema (Sofi).

Bahasan

Letak persoalan di atas, pada dasarnya antara mertua dengan anak lelakinya. Sebab, keinginan mertua agar menantu perempuan bekerja, bukan hal yang ditolak oleh sang menantu. Dalam contoh kasus ini, menantu perempuan mau dan bisa bekerja membantu ekonomi suami. Persoalannya adalah, suami tidak mengizinkan dirinya bekerja.

Sikap istri sudah benar, bahwa ia lebih menuruti arahan suami daripada arahan mertua. Ia tidak bekerja, bukan karena tidak mau atau menolak bekerja. Ia tiak bekerja, karena mengikuti arahan suami. Inilah sikap istri salihah, yang mengutamakan suaminya.

Untuk mengatasi persoalan ini, yang harus mengambil peran utama adalah sang suami. Ia harus bisa menjelaskan dengan baik-baik kepada orangtuanya, bahwa istri tidak bekerja adalah karena keinginan dia. Bukan keinginan istrinya.

Berikutnya, anak lelaki juga harus mampu membuktikan bahwa ketika istrinya tidak bekerja, ia mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya, plus membantu orangtua serta mertiua. 

Saya meyakini, apabila anak lelakinya mencukupi kebutuhan hidup dengan layak, ditambah bisa membantu orangtua dan mertua, pasti orangtua dan mertua akan bisa menerima dan memaklumi bahwa menantu perempuan tidak bekerja. Ini adalah hal yang sangat manusiawi.

Terkadang orangtua melihat, semua resources anak lelakinya habis untuk menghidupi istri dan anaknya sendiri. Tidak ada 'bagian' untuk membantu dan membahagiakan orangtua. Pada kondisi seperti ini, akan memudahkan muncul kecemburuan. Bahwa menantu perempuan telah 'menguasai' semua harta anak lelakinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun