Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

5 Penentu Hubungan Mertua-Menantu Baik-baik Selalu

20 Agustus 2021   19:47 Diperbarui: 21 Agustus 2021   01:40 765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dinamika hubungan menantu -- mertua benar-benar tak ada habis untuk dibahas. Amat sangat banyak contoh hubungan buruk menantu -- mertua yang berpengaruh terhadap kualitas kebahagiaan keluarga.

Untuk itu, sebagai mertua dan calon mertua, harus menyiapkan sejumlah perangkat, guna merekatkan hubungan dengan menantu. Berikut ini adalah lima faktor penentu, agar hubungan mertua -- menantu baik-baik selalu.

  • Terlibat dalam proses "pemilihan" menantu

Hal sangat penting dalam membangun hubungan baik mertua -- menantu, telah dimulai saat proses 'pemilihan' menantu. Ini adalah momentum dimana anak telah dewasa dan bersiap menuju proses pernikahan.

Menikah harus dipahami sebagai peristiwa peradaban. Bukan semata-mata penyatuan dua insan dalam ikatan cinta dan kasih sayang. Jika menikah semata-mata dipandang secara sempit dalam konteks penyatuan dua insan, maka ada sangat banyak insan yang tidak tersatukan.

Pendidikan anak dalam rumah tangga, mencakup menyiapkan mereka dalam proses pernikahan. Orangtua tidak mendikte dan memaksa anak untuk menikah dengan calon pilihan mereka, namun anak juga tidak mendikte dan memaksa orantua untuk merestui calon pilihannya.

Saat anak sudah siap menikah, ia harus berkomunikasi dan berkonsultasi dengan orangtua, terkait calon pendamping hidupnya. Dari sisi orangtua, hendaknya proaktif berdiskusi dengan anak terkait calon pasangan hidup mereka. Jangan sampai terjadi benturan dan konflik dalam proses pernikahan anak.

Jika orangtua terlibat aktif bersama anak dalam menentukan kriteria, sampai kepada calon pasangan hidup anak, niscaya hubungan baik jangka panjang lebih mungkin diwujudkan.

  • Proses pernikahan yang sepenuhnya direstui

Hal sangat penting adalah restu orangtua dalam pernikahan anaknya. Setelah sepakat dengan calon pendamping hidup sang anak, berikutnya orangtua bisa legowo merestui pernikahan ananda.

Banyak kasus orangtua tidak merestui pernikahan anaknya. Karena sudah terlanjur jatuh cinta, anak memilih nekat menikah tanpa restu orangtua. Jika sudah terjadi kondisi seperti ini, bagaimana mungkin diharapkan membangun hubungan baik dalam waktu panjang?

Orangtua marah dan tersinggung dengan sikap anak yang dianggap tak menghormati dan tak berbakti. Anak sakit hati karena cintanya tak direstui. Kedua belah pihak saling memusuhi. Ini adalah bibit konflik yang akan terus bisa terbawa dalam interaksi sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun