Terri Apter menyebutkan, sumber ketegangan paling sensitif antara menantu perempuan dengan ibu mertua adalah tekanan untuk segera memiliki anak. Beberapa pasangan memilih untuk menunda memiliki anak dengan alasan tertentu.
Problem otoritas
Dalam sebuah keluarga besar, kadang pihak yang lebih senior berusaha mempertahankan peran otoritatif mereka. Dampaknya, ia mendominasi pengambilan keputusan, dan membuat tidak nyaman pihak lain termasuk menantu.
Ibu mertua yang selalu merasa lebih tahu
Ada banyak ibu mertua yang selalu merasa lebih tahu, merasa mengetahui segala sesuatu, dan merasa lebih bertanggung jawab. Dampaknya, menantu merasa selalu disalahkan untuk semua urusan.
Sikap perfeksionis
Sebagian orangtua berkeyakinan bahwa tidak ada seorangpun yang cukup layak untuk menjadi pasangan anak mereka. Siapapun menantu, dipandang sebelah mata, dianggap tidak level dengan anaknya.
Problem pengasuhan anak
Sering dijumpai konflik dalam pengasuhan anak. Bahkan sampai tingkat pertentangan secara nilai terkait pendidikan dan pengasuhan anak. Mertua merasa lebih tahu tentang cara mengasuh anak.
Konflik kepribadian
Menantu yang bertipe sensitif, sangat mudah tersulut konflik oleh sikap mertua yang emosional. Terjadi bentrokan kepribadian, dan menimbulkan problem di sepanjang kehidupan.
Pinjaman uang
Terkadang masalah muncul dalam interaksi keuangan. Mertua yang meminjam uang kepada menantu --atau sebaliknya. Dengan mudah pihak yang meminjam melupakan tanggung jawab mengembalikan hutang.
Tekanan norma
Dijumpai pula konflik lantaran mertua memaksa menantunya untuk menyesuaikan diri dengan norma agama atau budaya yang tidak sesuai dengan keyakinan menantu. Meskipun maksud mertua baik, namun dilakukan dengan cara yang tidak baik.
Intervensi mertua
Ada sebagian orangtua yang mengintervensi kehidupan pernikahan anaknya, sehingga membuat hubungan pernikahan menjadi tidak sehat. Misalnya, orangtua memengaruhi anaknya agar menuntut dibelikan mobil mewah atau rumah mewah, yang di luar kemampuan menantu.
Menjadi Tim Kompak dengan Pasangan
Fullbright (2013) memberikan gambaran tentang dampak yang muncul dari konflik berkepanjangan. "Terlepas dari apapun yang menyebabkan konflik, menantu perempuan melaporkan mengalami stres jangka panjang. Menantu perempuan mulai takut dengan pertemuan keluarga. Hubungan mertua -- menantu yang buruk dapat meningkat dengan cepat, menjadi racun jika tidak segera diselesaikan dengan baik dan cepat".