Hidup berumah tangga, melewati masa yang lama, mungkin saja menimbulkan kebosanan dan kejenuhan. Terlebih di masa pandemi ini. Semua orang diminta lebih banyak di rumah. Bekerja dari rumah, belajar dari rumah, berkegiatan hanya di rumah.
Dampaknya, di rumah yang sempit dan terbatas fasilitasnya, suami dan istri akan bertemu setiap saat. Loe lageeee... Di manapun, selalu ketemu, kamu lagi, kamu lagi. Terlalu banyak kebersamaan (togetherness), kurang waktu untuk masing-masing (separateness), bisa menumbuhkan kejenuhan.
David H. Olson dalam teori "Circumplex Model of Marital & Family Systems" menganggap penting bagi suami istri untuk selalu menyeimbangkan togetherness dengan separateness. Tidak seimbang adalah awal mula munculnya ketidakbaikan dalam segala sesuatu.
Jika didominasi togetherness, karena setiap detik selalu bersama, mudah dihinggapi kejenuhan dan rasa bosan. Jika terlalu banyak separateness, misalnya pada pasangan yang menjalani long distance marriage (LDM) dalam waktu yang panjang, berpeluang memunculkan kekeringan cinta. Semua harus seimbang.
Formula Agar Tidak Bosan terhadap Pasangan
Perasaan bosan bisa muncul karena banyak sebab, karena merupakan sifat kemanusiaan. Atas segala sesuatu yang terus menerus, berpeluang menimbulkan kebosanan jika tidak dikelola dengan baik. Bosan melakukan pekerjaan yang sama dalam waktu lama, bosan menempati posisi yang sama dalam waktu lama, bosan menyantap menu yang sama setiap hari, adalah sifat umum manusia.
Agar tidak bosan terhadap pasangan, yang paling utama adalah mengoreksi cara pandang kita. Hendaknya suami dan istri lebih fokus melihat sisi kebaikan pasangan, bukan sisi kekurangannya.Â
Inilah cara pandang yang akan membuat suami dan istri selalu nyaman dalam kebersamaan. Mereka pandai mencari dan menemukan sisi kebaikan pasangan.
Al-Qur'an telah memberikan arahan, agar suami bisa bersabar atas kekurangan istri, dan fokus melihat sisi kebaikan istrinya. Demikian pula berlaku bagi istri, agar bisa bersabar atas kekurangan suami, dan fokus melihat sisi kebaikan suaminya. Firman Allah:
"Fa in karihtumuhunna fa'asa an takrahu syai-an, wa yaj'alallahu fihi khairan katsira. Jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena bisa jadi kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak" (QS. An-Nisa : 19).
Allah mengarahkan kepada para suami, jika tidak menyukai sesuatu dari istrinya, hendaklah bersabar. Para ulama menyatakan --hal sama berlaku bagi para istri-- jika tidak menyukai sesuatu dari suaminya, hendaklah bersabar. Jangan gampang meledak emosi, marah-marah, kecewa berlebihan, dan ringan untuk memutuskan bercerai.