Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Serahkan Pendidikan kepada Teknologi

25 November 2020   11:21 Diperbarui: 25 November 2020   11:30 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : https://www.usnews.com/

"Di masa pandemi seperti sekarang ini, kita tidak bisa menyerahkan semua urusan pendidikan kita ke tangan teknologi" --Iain Sachdev, International School of Monza, Italia.

Di masa pandemi, sebagian besar proses pendidikan harus menggunakan teknologi komunikasi. Banyak sekolah menggunakan fitur zoom meeting, google meet, atau yang lainnya. Ada mata pelajaran yang disampaikan melalui Youtube, sehingga siswa bisa mengakses kapan saja.

Sebagian lainnya menggunakan komunikasi melalui grup-grup chatting, antara guru dan murid serta orangtua murid. Hal ini untuk memberikan tugas, konfirmasi, serta komunikasi dengan semua pihak. Semua menggunakan akses internet.

Karena pendidikan harus tetap berjalan, karena pengajaran kepada murid harus tetap dilaksanakan, maka teknologi merupakan pilihan yang tidak terelakkan. Hampir semua lembaga pendidikan di dunia saat ini, bertumpu kepada 'pertolongan' teknologi.

Teknologi Bukan Pendidik yang Baik

Namun demikian, tanggung jawab pendidikan di sekolah, tetap berada di tangan guru. Teknologi hanyalah sarana untuk membantu. Bukan untuk mengambil alih peran pendidikan.

Pendidik adalah orangtua, guru, ulama, ustadz, kyai, dosen dan sebutan lainnya. Mereka adalah manusia bertakwa dan berilmu pengetahuan. Mereka manusia mulia dan penuh kebijaksanaan. Mereka mampu mendidik dengan hati. Sesuatu yang tak bisa diberikan oleh teknologi.

Youtube bukanlah guru yang baik, karena hanya bisa mengajarkan pengetahuan. Namun tidak bisa menanamkan akhlak dan adab. Pun tak bisa mendidik dengan hati. Tak beda dengan facebook, instagram, twitter dan aneka jenis media sosial lainnya.

Sejak teknologi masih 'hanya' berupa televisi, sudah banyak 'menyelewengkan' pemikiran dan perilaku manusia. Neil Postman, guru besar Ilmu Komunikasi pada New York University, dalam buku Amusing Ourselves to Death, yang diterjemahkan dengan judul Menghibur Diri Sampai Mati (1995) -- telah mengkritik habis televisi.

Menurut Postman, informasi melalui layar televisi adalah "pseudo-konteks", yaitu struktur yang diciptakan untuk membuat informasi yang terpecah belah dan tidak relevan, menjadi kelihatan berguna. Menjadikan sesuatu yang tidak penting menjadi tampak penting, dan sebaliknya.

Postman menyatakan, "Baik sejarahnya maupun segala potensinya menunjukkan bahwa layar televisi tidak dapat duduk berdampingan dengan perenungan maupun pengalaman spiritual. Layar televisi menuntut anda untuk mengingat bahwa pencitraan yang dikandungnya akan selalu siap untuk menyenangkan dan menghibur anda".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun