Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saat Usiaku 64 Nanti, Masihkah Engkau Mau Menemani?

16 Oktober 2020   11:32 Diperbarui: 17 Oktober 2020   05:34 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
weheartit.com/Nassima_Mega

Kisah cinta pasangan suami istri hingga akhir usia, sangat banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja, saking seringnya kita mendengar berita dan data perceraian, seakan-akan pasangan harmonis hingga kahir usia itu tidak ada. Dianggap hanya dalam novel, film dan sinetron saja.

Memang tidak mudah untuk menjaga cinta dan kesetiaan kepada pasangan sampai usia senja, bahkan sampai tutup usia. Namun bukan berarti tidak bisa. Sangat banyak pasangan yang 'tak terpisahkan' sampai ajal menjemput mereka.

Nabi Muhammad saw adalah contoh nyata. Beliau mencintai Khadijah bukan hanya ketika hidup di dunia. Bahkan kelak akan sampai surga. Setelah Khadijah wafat, Nabi saw tetap mencintainya, dan menyatakan rasa cintanya. Seperti penuturan bunda A'isyah, "Aku cemburu karena sering mendengar beliau menyebutnya" (Riwayat Bukhari).

Saat Kita Tua Nanti

Salah satu kebutuhan orang yang sudah tua adalah teman. Dalam soal kebutuhan biologis, tentu saja sudah sangat berkurang. Tidak seperti anak muda atau pengantin baru. Namun kebutuhan pertemanan menjadi sangat dominan.

Banyak orang khawatir bahwa pasangannya tak lagi setia setelah dirinya tua. Apalagi pada pasangan yang memiliki selisih usia cukup besar. Kadang merasa khawatir ditinggalkan, atau ditelantarkan.

Sebagian dari Anda mungkin pernah mengenal lagu jadul, "When I'm Sixty-four". Sebuah lirik lagu yang ditulis oleh Paul McCartney sekitar tahun 1950an. Lagu itu kemudian dinyanyikan oleh John Lennon dan semua personal The Beatles, pada album yang mereka rilis tahun 1966.

Lirik lagu ini menceritakan sebuah ekspektasi seorang lelaki kepada pasangannya. Sebuah pertanyaan dan harapan yang sangat mendalam, "Will you still need me, will you still feed me, when I'm sixty-four". Jika usiaku nanti sudah 64 tahun, apakah kamu masih membutuhkan aku dan masih mau meladeni makan kepada aku?

Ia membayangkan pada saat sudah berumur 64 tahun, "When I get older losing my hair, many years from now". Rambutnya sudah mulai rontok, tentu tidak menarik lagi. Usia menua, banyak penurunan fungsi tubuh, bahkan mungkin : penyakit. Apa yang menarik dari orang tua seperti itu?

Ia membayangkan ada tiga cucu yang lucu-lucu, Vera, Chuck dan Dave. Tentu sebagai kakek dan nenek, akan sangat bahagia dikelilingi anak dan cucu. Melihat keceriaan para cucu, menjadikan hidup kembali berseri. Ada makna yang membuat kakek dan nenek menjadi bersemangat menjalani kehidupan keseharian.

Lirik lagu itu memang sangat unik menggelitik. Saya tidak tahu alasan McCartney memilih angka 64 tahun. Namun intinya adalah --itu umur yang tak lagi muda. Mungkin saja banyak pasangan yang telah kehilangan selera saat berumur tua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun