Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Idul Kurban, Apa Sebenarnya yang Sedang Kita Sembelih?

31 Juli 2020   13:58 Diperbarui: 31 Juli 2020   13:49 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.timeanddate.com

Mulai hari ini, umat Islam di berbagai penjuru dunia melaksanakan penyembelihan hewan kurban. Penyembelihan boleh dilakukan pada Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijah), atau pada hari-hari tasyrik, yaitu 11 -- 14 Dzulhijah. Boleh dilakukan bersama-sama, boleh pula dilakukan penyembelihan oleh keluarga sohibul kurban.

Sangat penting untuk kita cermati, sesungguhnya ada esensi sangat besar dan fundamental dalam ibadah kurban. Bukan semata soal mengucurkan darah. Bukan semata soal membagikan daging kurban. Namun soal ketakwaan kepada Allah.

"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya." (QS. Al Hajj: 37)

Syaikh As-Sa'di dalam kitab Taisir Al Karimir Rahman menjelaskan, "Ingatlah, bukanlah yang dimaksudkan hanyalah menyembelih saja dan yang Allah harap bukanlah daging dan darah kurban tersebut karena Allah tidaklah butuh pada segala sesuatu dan Dialah yang pantas diagung-agungkan".

"Yang Allah harapkan dari kurban tersebut adalah keikhlasan, ihtisab (pengharapan atas pahala dari-Nya) dan niat yang salih. Oleh karena itu, Allah firmankan, "Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapai ridha-Nya".

"Inilah yang seharusnya menjadi motivasi ketika seseorang berkurban yaitu ikhlas, bukan riya' atau berbangga dengan harta yang dimiliki, dan bukan pula menjalankannya karena sudah jadi rutinitas tahunan. Ini pulalah yang semestinya ada dalam ibadah-ibadah lainnya".

"Jangan sampai amalan kita hanya kulit saja yang tak terlihat isinya, atau hanya tampak jasad saja yang tak ada ruhnya," demikian penjelasan Syaikh As-Sa'di.

Penjelasan Syaikh As-Sa'di ini sangat penting bagi kita semuanya. Jangan berhenti pada prosesi penyembelihan dan pembagian daging kurban, sebab Allah tidak memerlukan itu. Ini yang dimaksud Syaikh As-Sa'di sebagai amalan kulit atau jasad, namun kehilangan ruh.

Maka mari kita pertanyakan, apa sebenarnya yang sedang kita sembelih pada Hari Raya Idul Adha dan hari-hari tasyrik nanti?

  • Menyembelih Orientasi Materialis dalam Diri Kita

Manusia sangat senang dengan materi dan kapital, maka mudah terbentuk menjadi materialis dan kapitalis. Hidup hanya untuk mengumpulkan dan menumpuk kekayaan. Segala sesuatu diukur hanya dengan materi.

Menilai kesuksesan anak, hanya dari aspek fisik material, seperti diterima di sekolah favorit, IP tertinggi, juara olimpiade, lulus cumlaude, kerja di instansi bergengsi. Menganggap kesuksesan hanya dengan parameter duniawi. Inilah orientasi materialitik dalam diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun