Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Idul Kurban, Apa Sebenarnya yang Sedang Kita Sembelih?

31 Juli 2020   13:58 Diperbarui: 31 Juli 2020   13:49 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.timeanddate.com

"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?" Ia menjawab: "Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaffat: 102)

Banyak orangtua otoriter dalam mendidik anak. Semua keinginannya dipaksakan, anak tak boleh berpendapat. Sifat otoriter inilah yang sedang kita sembelih hari ini. Kita buang dari dalam diri kita.

Nabi Ibrahim meminta pendapat anaknya, dan akhirnya mereka berdua melaksanakan perintah Allah bersama-sama. Tak ada sikap otoriter, padahal sebagai Nabi beliau memiliki otoritas. Pelajaran sangat penting, bahwa otoritas tidak boleh digunakan untuk otoriter.

Keberhasilan Nabi Ibrahim dalam mendidik anak, salah satunya karena sikap santun, dialogis penuh kasih sayang. Maka sifat otoriter, harus kita sembelih hari ini.

  • Menyembelih Sifat Abai dalam Mendidik Anak

Otoriter itu buruk dan berdampak negatif. Namun, sikap abai (neglectful) juga buruk dan berdampak negatif dalam pendidikan anak. Orangtua abai tidak peduli terhadap anak. Tidak ada arahan, tidak ada pendidikan, tidak ada hukuman.

Semua boleh dilakukan tanpa ada batasan. Yang penting anak senang, yang penting anak terpuaskan. Ini benar-benar orangtua yang tak bertanggung jawab, tak mendidik dan tak mengarahkan anaknya.

Nabi Ibrahim mendidik anaknya dengan keluhuran budi, dengan kehalusan nurani. Terwujudlah jiwa ketaatan paripurna pada diri Ismail. Persis seperti ayahnya.

"Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar" (QS. Ash-Shaffat: 102)

Inilah hasil didikan yang luar biasa, dari orangtua yang mendidik dan mengarahkan anaknya menuju nilai-nilai ketaatan dan nilai-nilai kebaikan. Menjadi orangtua harus peduli, dan harus memberi perhatian terhadap pendidikan anak. Sikap abai, harus kita sembelih hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun