Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Anak-anak Telah Memberi Banyak Pelajaran Berharga bagi Orang Dewasa

13 Juli 2020   16:36 Diperbarui: 13 Juli 2020   16:36 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Aku ingin jadi petani. Karena petani itu mulia. Tanpa petani, cita-cita apapun tak akan tercapai" ---Novan Arifai.

Tidak banyak masyarakat Indonesia yang bercita-cita menjadi petani. Yang sering terjadi, petani dianggap rendah dan kampungan. Tidak demikian dengan Agus Ali Nurdin. Alumnus Agronomi IPB ini telah memutuskan jalan hidupnya dengan bertani.

Ia mengajak warga masyarakat untuk menjadi petani. Ia juga berjuang untuk menanamkan passion menjadi petani kepada anak-anak muda, agar berani bercita-cita menjadi petani. Seperti dikutip majalah Agrofarm (September 2019), Agus Ali memperoleh pendapatan sekitar Rp 500 juta per bulan dari pertanian yang ia usahakan.

Agus mengolah lahan milik Okiagaru Farm seluas 17 hektare yang berada di Cianjur, Cisarua dan Depok. Ia mensuplai sayur hasil pertanian yang dikelolanya, ke berbagai outlet, mal dan restoran di Jakarta. Agus juga melibatkan ratusan warga masyarakat.

Data BPS menunjukkan, pada tahun 2018 luas lahan pertanian di Indonesia adalah 7,1 juta hektar. Meskipun luas lahan ini menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya, akan tetapi ini adalah lahan yang potensial apabila dikelola secara profesional.

Sayangnya, sangat sedikit generasi muda yang tertarik menjadi petani.

Karena tidak banyak generasi muda yang bercita-cita menjadi petani, maka kita menjadi surprise saat ada anak kelas 1 Madrasah Ibtidaiyah ---setara SD, menyatakan bercita-cita ingin menjadi petani. Sungguh luar biasa.

Namanya Novan Arifa'i. Pada saat perkenalan di kelas, ia ditanya tentang cita-cita. Dengan mantap dan lantang, anak kelas satu ini menjawab, "Aku ingin jadi petani!"

Di kelas tiga, ketika berkenalan di jam pelajaran bahasa Arab, ia menyatakan dengan mantap bercita-cita menjadi petani. Ternyata cita-cita Novan telah tertanam kuat. Terbukti ia tidak mengubah cita-cita saat sudah kelas tiga.

Di kelas enam, kembali ia ditanya ibu Guru, "Van, cita-citamu masih samakah?"

"Masih, Bu. Saya ingin jadi petani."

"Mengapa menjadi petani?"

"Karena menjadi petani itu mulia. Tanpa petani, cita-cita apa pun tidak akan bisa diraih. Justru petani menunjang semua cita-cita," jawab Novan mantap. Tanpa ada rasa ragu.

Novan adalah salah satu anak yang memberi pelajaran kepada kita semua. Tentang cita-cita, tentang harapan, tentang kesungguhan. Bahkan tentang makna kehidupan itu sendiri.

Sangat banyak pelajaran kita dapatkan dari anak-anak. Kita mendidik mereka, namun di saat yang sama, mereka pun memberi pelajaran berharga kepada kita.

Tak berlebihan jika kita menyebut, anak adalah guru yang istimewa. Inilah yang dirajut dalam buku parenting "Anakku Guru Istimewa, Inspirasi Pelajaran Cinta dalam Mendidik Anak", terbitan terbaru Wonderful Publishing (2020).

Buku "Anakku Guru Istimewa" ini merupakan karya bersama dari 17 orang penulis, yang tengah belajar bersama saya di Kelas Menulis Antologi batch 5 / 2020. Buku ini berusaha menggali pelajaran berharga yang kita dapatkan dari anak-anak maupun murid di sekolah.

Sebab, orang dewasa sering merasa telah banyak memberi pelajaran kepada mereka. Padahal sebenarnya, kitalah yang mendapat banyak pelajaran dari mereka. Buku ini sangat layak untuk menjadi sarana pembelajaran bagi kita semua, orang-orang dewasa.

Selamat dan sukses saya sampaikan kepada 17 kontributor buku "Anakku Guru Istimewa", yaitu Diana Nurul Hidayati, Nurlaila, Iwan Rudi Saktiawan, Adji Soegiatno, Nanik SW, Diana Ariani, Osep Muhammad Yanto, Ries Ambarsari, Haripah Wijayati, I Made Suardika, Deswati, Widya Nugraheny, Sinung Dyah Artati, Umi Laili, Yenni Merdekawati, Nurhayati Hasan, dan Dewi Sahara.

Ditunggu karya cetar membahana dari kalian semua.

Yogyakarta, 13 Juli 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun