Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Komunikasi Itu Mendekatkan dengan Pasangan, Bukan Menjauhkan

20 Desember 2019   06:54 Diperbarui: 21 Desember 2019   09:31 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: byislam.com

Cara komunikasi positif adalah dengan santun, lembut dan bijak. Al Qur'an mengarahkan agar kita selalu berlaku lembut dalam interaksi dan komunikasi.

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." (QS. Ali Imran: 159).

Hasan Al Bashri mengatakan, "Berlaku lemah lembut inilah akhlaq Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dimana beliau diutus dengan membawa akhlaq yang mulia ini."

Oleh karena itu, hendaknya suami dan istri menghindari komunikasi yang dari segi cara membuat mereka saling bermusuhan dan berjauhan. Menurut John M. Gottman dan Nan Siilver, ada empat pemisah jarak suami istri, yaitu kritikan, celaan, saling menyalahkan pasangan dan membangun benteng.

Keempat, Positif dari Sisi Suasana
Komunikasi suami dan istri akan sangat optimal hasilnya, apabila didukung oleh suasana yang positif. Ada pasangan suami istri yang berkomunikasi dalam suasana banjir emosi, atau dalam suasana yang tergesa-gesa.

Dampaknya mereka tidak bisa berbicara dengan tenang dan lega, karena terbawa oleh suasana kemarahan, emosi, atau tidak enaknya suasana. Maka pilihlah suasana yang nyaman untuk berkomunikasi. Yaitu suasana tenang, damai, lapang, serta tidak terbanjiri emosi.

Suasana emosi sangat tidak tepat untuk melakukan komunikasi. Itulah sebabnya, orang beriman diarahkan untuk bisa mengendalikan kemarahannya. 

Dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim, Nabi Saw bersabda, "Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah".

Menciptakan suasana adalah bagian dari keterampilan yang perlu dimiliki suami dan istri. Mereka harus pandai "membaca suasana", kapan bisa berkomunikasi secara lapang dan nyaman. Memilih waktu dan tempat yang tepat, bisa membantu terciptanya suasana yang positif untuk berkomunikasi.

Kelima, Positif dari Sisi Hasil
Ada pasangan suami-istri yang rutin berkomunikasi, namun selalu berujung kepada kemarahan dan sakit hati. Suami dan istri justru semakin menjauh, semakin berjarak, karena rutin mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari pasangan.

Untuk itu, komunikasi suami istri harus positif, yaitu komunikasi yang hasilnya mampu melegakan, mendekatkan, membahagiakan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun