Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Komunikasi Itu Mendekatkan dengan Pasangan, Bukan Menjauhkan

20 Desember 2019   06:54 Diperbarui: 21 Desember 2019   09:31 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: byislam.com

Ada istri berbicara dengan kasar kepada suami, dengan tujuan untuk menjatuhkan kehormatan suami. Ia sengaja melakukan itu supaya sang suami wibawanya jatuh. Ini contoh tujuan komunikasi yang dari segi tujuan jelas negatif.

Komunikasi pasangan suami-istri disebut positif apabila memiliki tujuan untuk menghadirkan kebaikan, kebahagiaan, dan kenyamanan hubungan bersama pasangan, juga bertujuan mewujudkan keharmonisan keluarga. Inilah komunikasi yang positif dari sisi tujuan.

Suami dan istri berkomunikasi untuk membuat mereka semakin dekat dan semakin taat kepada Tuhan. Suami dan istri berkomunikasi untuk membuat mereka semakin saleh dan salehah.

Bukan komunikasi yang bertujuan untuk menjatuhkan, menjelekkan, menyerang, atau mengalahkan pasangan. Bukan komunikasi yang bertujuan untuk pelanggaran terhadap aturan. Yang seperti ini menjadi komunikasi negatif dari segi tujuan.

Kedua, Positif dari Sisi Konten
Ada suami berbicara dengan istri, mengondisikan dan meminta sang istri untuk melakukan kejahatan. Ada istri berbicara dengan suami, meminta sang suami untuk melakukan penipuan.

Contoh kejahatan atau penipuan itu misalnya suami dan istri berdiskusi untuk merancang tindakan yang melanggar hukum agama ataupun hukum negara, seperti korupsi, menyuap, mengambil yang bukan haknya, menggugurkan kandungan dan lain sebagainya. Ini adalah komunikasi yang negatif dari sisi konten atau isi.

Al Quran surat Al Maidah ayat ke-2 mengarahkan, agar ta'awun (kerja sama) harus dibangun di atas landasan kebaikan dan ketakwaan. Jika prinsip ini dibawa ke dalam aktivitas  komunikasi suami istri, maka komunikasi dikatakan positif apabila isinya alal birri wat taqwa, kebaikan dan ketaqwaan. 

Demikian pula dalam surat Al Ashr ayat 1 - 3, terdapat arahan agar komunikasi dilakukan untuk saling menguatkan iman dan amal saleh, serta saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.

Komunikasi tidak boleh berisi hal yang mendatangkan dosa (itsmi) dan permusuhan (udwan), sebagaimana arahan surat Al Maidah ayat ke-2. Ini adalah komunikasi yang negatif dari sisi konten atau isi, karena berisi dosa dan permusuhan.

Termasuk pula komunikasi yang isinya hal-hal kotor serta dilarang agama, seperti menggujing atau mengghibah. Ini masuk kategori komunikasi negatif dari segi isi.

Ketiga, Positif dari Sisi Cara
Ada suami yang berbicara dengan cara membentak-bentak istri, wajah merah serta mata melotot. Ada istri berbicara dengan nada tinggi dan emosi, sambil menuding-nuding suami. Walaupun isinya hal-hal yang positif, jika dilakukan dengan cara yang tidak tepat, maka bisa menjadi komunikasi yang negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun