Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pesan dari Tuhan

29 Mei 2019   13:14 Diperbarui: 29 Mei 2019   13:42 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : bersamadakwah.com

Tinggal di Jerman juga tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Haryati. Tawaran Hardy segera dibicarakan dengan orangtuanya. Ternyata orangtua Haryati tidak keberatan. Demi memantapkan keislaman Hardy, Haryati bersedia menikah dengannya.

Hardy segera datang ke rumah orangtua Haryati, untuk melamar Haryati di kampung halamannya. Mereka pun menikah dengan adat setempat. Setelah menikah, Hardy terus belajar untuk menjadi muslim yang taat.

Beberapa waktu setelah melangsungkan pernikahan, Hardy membawa Haryati tinggal menetap di Jerman. Mereka tinggal di rumah sang ayah, hingga merawat ayah di masa akhir hidupnya. Hardy bekerja di sebuah perusahaan bonafit di Jerman. Hardy rajin menjalankan ibadah shalat lima waktu, puasa Ramadhan, belajar mengaji Al Qur'an, dan memulai gaya hidup sebagai muslim.

Hardy menghindari hal-hal yang dilarang agama Islam, walaupun bagi tradisi masyarakat Eropa hal itu dianggap biasa. Seperti minuman keras, Hardy menjauhinya. Mereka berdua berusaha untuk semakin baik dalam menjalankan ajaran agama Islam.

Rumah yang ditinggali Hardy --peninggalan sang ayah---ada dua lantai. Lantai pertama hak adik lelakinya, sedangkan Hardy dan Haryati menempati lantai atas. Karena adik Hardy bekerja di kota lain, maka tidak menempati rumah itu lagi. Hardy membeli lantai satu itu dari sang adik. Kini rumah itu sepenuhnya milik keluarga Hardy.

Hardy dan Haryati merasa cukup hanya dengan lantai atas saja, maka mereka wakafkan lantai bawah untuk mushalla dan tempat kegiatan masyarakat muslim, terutama Indonesia. Di tempat inilah warga muslim Indonesia berkumpul, membuat pengajian, menyelenggarakan Taman Pnedidikan Al Qur'an untuk anak-anak, melaksanakan kegiatan buka puasa bersama di bulan Ramadhan, shalat tarawih, dan lain sebagainya.

Perjalanan panjang seorang Hardy menjadi muslim yang taat, menghantarkan dirinya untuk mewakafkan bagian bawah rumahnya untuk pusat kegiatan muslim. Subhanallah. Andai rumah itu dijual, tentu sudah amat sangat mahal harganya. Namun mereka memilih amal jariyah, agar pahalanya terus mereka terima sepanjang tempat masih berfungsiuntuk kegiatan keislaman.

Pelajaran Pertama : Hadiah Apa yang Anda Berikan?

Coba kita lacak kembali asal muasalnya. Hidayah adalah hak prerogatif Allah. Hanya Allah yang bisa memberikan hidayah. Namun jika dilacak dari "sebab" kemanusiaannya, kita akan menemukan bahwa semua bermula dari sesuatu yang tampak sepele dan sederhana. Ya semua bermula dari hiasan dinding berupa piring hias bertuliskan lafal Allah, Muhammad dan beberapa nama sahabat Nabi Saw dalam bahasa Arab.

Si pemberi hadiah ini ---wallahu a'lam, siapakah orangnya--- mungkin saja tidak tahu bahwa hadiah tersebut membuat seorang Hardy masuk Islam. Ayah Hardy yang menerima hadiah tersebut, namun Hardy yang mendapatkan hidayah. Mungkin juga si pemberi hadiah tidak memiliki maksud lain, kecuali memberi kenang-kenangan, dengan sesuatu yang bermanfaat. Namun ternyata, pilihannya tepat. Memberikan hadiah yang bisa memberikan pesan kebaikan.

Ini pelajaran penting bagi kita semuanya. Tidak ada yang tahu, pintu hidayah bermula dari mana. Tidak ada yang tahu, dengan lantaran apa seseorang bisa mendapatkan pencerahan. Hanya Allah sang pemilik hidayah. Maka ketika memberi hadiah kepada siapapun, lakukan dengan ikhlas karena Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun