Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Karena Cinta Adalah Pilihan, Maka Aku Memilih untuk Selalu Mencintaimu

12 Maret 2019   15:52 Diperbarui: 2 April 2019   09:47 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohammed Tawsif Salam/CC BY 4.0 

Mengapa aku bisa selalu mencintaimu? Karena aku memilih untuk selalu mencintaimu. Ya, karena cinta adalah pilihan, dan bukan sekedar perasaan.

Untuk mencintaimu, aku tidak menunggu hadirnya perasaan. Karena saat dulu aku menikahimu, itu adalah pilihanku. Ya benar, pilihan sadar, bahwa aku menikahimu. Tidak ada pihak yang memaksaku. Pun tidak ada pihak yang memaksamu untuk menerima pinanganku waktu itu. Pernikahan kita terjadi sebagai pilihan sadar dari dua orang dewasa, yang memutuskan untuk membangun rumah tangga.

Jika cinta dipahami semata sebagai perasaan, maka seorang suami baru akan berlaku baik kepada istri saat perasaan itu hadir. Seorang istri baru akan melayani suami ketika perasaan itu datang. Ketika perasaan cinta sedang tidak berada di hati, maka suami akan berlaku galak kepada istri, dan seorang istri akan berlaku jahat kepada suami. Rumah tangga menjadi harmonis dan bahagia, saat keduanya tengah memiliki perasaan cinta. Dan rumah tangga terancam bahaya, saat perasaan itu sedang tiada, entah pergi kemana.

Pada saat menjelang menikah, banyak laki-laki dan perempuan yang merasakan getaran cinta begitu menggelora. Dengan perasaan itulah mereka memutuskan untuk menikah.

"Aku sangat mencintainya", kata seorang lelaki.

"Aku tak bisa hidup tanpanya", ujar seorang perempuan.

Dengan alasan itu, merekapun menikah. Hari berganti hari, bulan berlalu, tahun pun silih berganti. Mulaiah muncul konflik dan pertengkaran. Mulai hilang rasa cinta itu. Mulai sirna perasaan yang dulu begitu menggebu.

"Aku sudah tidak punya perasaan cinta lagi kepadanya", ujar seorang suami.

"Aku kehilangan rasa kepadanya. Rasa cinta itu sudah sirna", ujar seorang istri.

Dengan alasan sudah tidak memiliki rasa itulah, mereka memilih untuk berpisah. Memilih bercerai, karena keduanya sudah kehilangan perasaan cinta. Inilah bahayanya, apabila rumah tangga dibangun di atas perasaan, bukan di atas pilihan sadar. Dulu menjelang dan saat awal menikah, perasaan itu begitu besar. Setelah mulai dirundung masalah, perasan itu hilang tanpa bekas. Tak ada lagi perasaan cinta yang tersisa, maka mereka mulai berpikir untuk berpisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun