Ibadah Istimewa
Seperti telah disebutkan di depan, bagi masyarakat Indonesia, ibadah haji dan umrah benar-benar istimewa. Jika dibandingkan dengan penduduk asli Mekah dan Madinah, atau negeri-negeri teluk yang bisa kapan saja hadir ke tanah suci, maka masyarakat Indonesia memerlukan antrian sangat panjang dan aturan sangat ketat untuk bisa datang ke tempat ini.Â
Penduduk sekitar Mekah, bisa setiap hari hadir ke Masjid Haram untuk beribadah, bisa melaksanakan umrah kapanpun mereka mau, tanpa kuota, tanpa biaya, tanpa antri. Inilah yang menyebabkan ibadah ini bernilai sangat istimewa, karena memerlukan perjuangan yang luar biasa besarnya bagi bangsa Indonesia.
Dengan memahami nilai keistimewaan tersebut, sangat penting untuk mengajak jama'ah umrah benar-benar mengoptimalkan ibadah selama berada di Mekah dan Madinah. Karena kita tidak tahu kapan akan bisa kembali ke tanah suci lagi.Â
Mumpung berada di tanah suci, walau hanya beberapa hari ---biasanya sepekan atau sepuluh hari--- hendaknya benar-benar digunakan untuk melaksanakan ibadah. Bukan memperbanyak belanja, bukan memperbanyak wisata, bukan memperbanyak jalan-jalan, bukan memperbanyak kuliner, ataupun istirahat.
Kembali dengan Suci
Jika melaksanakan umrah dengan bersungguh-sungguh karena Allah, memperbanyak ibadah selama di tanah suci, menghindari hal-hal yang merusak nilai ibadah, maka saat kembali pulang ke tanah air akan mendapatkan kesucian diri. Semua dosa telah dimintakan ampunan selama di Mekah dan Madinah, sudah bertaubat, sudah istighfar, sudah memohon ampunan kepada Allah di tanah suci. Maka saat kembali ke tanah air, jiwa menjadi suci, bersih dan mendapatkan pengampunan dari Allah. Inilah salah satu keutamaan umrah.
Nabi Saw bersabda, "Ikutkanlah umrah kepada haji, karena keduanya menghilangkan kemiskinan dan dosa-dosa, sebagaimana pembakaran menghilangkan karat pada besi, emas dan perak" (HR. An Nasa'i nomer 2631, At Tirmidzi nomer 810, Imam Ahmad nomer 1 / 387. Syaikh Albani menyatakan hadits hasan sahih).
Rasulullah Saw bersabda, "Ibadah umrah ke ibadah umrah berikutnya adalah penggugur (dosa) di antara keduanya, dan haji yang mabrur tiada balasan (bagi pelakunya) melainkan surga" (HR. Bukhari dan Muslim).
Pulang umrah bukan memperbanyak bawaan, bukan memperbanyak oleh-oleh, namun memperbanyak ibadah nanti sesampainya ke daerah asal masing-masing. Jika umrah kita benar-benar diterima Allah, maka kita pulang dalam keadaan suci. Terampuni semua dosa, sebagaimana hilangnya karat-karat pada besi sehingga besi menjadi bersih kembali seperti sedia kala, tanpa karat di dalamnya. Semoga.
Catatan dari Hotel Sanabel Madinah Al Munawarah, 25 Desember 2018