Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

8 Tantangan Keluarga Muslim Indonesia yang Tinggal di Jerman

8 November 2018   05:52 Diperbarui: 8 November 2018   16:02 5145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Muslim. Sumber foto: the-faith.com

Satu sisi kenyamanan transportasi di Eropa tampak menyenangkan. Namun di sisi lain bisa menimbulkan masalah kepraktisan. Bandingkan dengan kehidupan di tanah air.

Di Indonesia, dengan mudah seorang ibu rumah tangga naik motor kemana-mana membawa tiga atau bahkan empat anak-anak kecil mereka. 

Mengantar dan menjemput anak sekolah dalam satu sepeda motor sangat praktis dan mudah. Hal ini tidak mungkin terjadi di Jerman. Naik mobil pun, anak-anak harus menduduki kursi sendiri dengan kursi khusus anak. Tidak boleh dipangku.

Di Jerman, kemana-mana harus naik kendaraan umum, sehingga jika keluarga tengah memiliki beberapa anak yang masih kecil, bepergian menjadi perjuangan tersendiri.

Keluarga Tito memiliki tiga anak, dimana yang nomer dua dan nomer tiga masih balita. Kemana-mana mereka membawa satu kereta bayi bertingkat dua, untuk dua balita tersebut.

Beruntung, kereta api, trem maupun bus di Jerman semuanya ramah anak dan ramah kereta bayi. Ada space untuk menaruh kereta bayi.

  • Ritme Kesibukan

Sekolah, kuliah dan bekerja, umumnya dari Senin hingga Jumat. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur nasional.

Sebagian mahasiswa, menjadikan Sabtu dan Minggu untuk bekerja, karena mereka harus eksis menghidupi diri sendiri lantaran tidak mendapat beasiswa. Dengan demikian, semua hari adalah hari sibuk. 

Termasuk pada beberapa pasangan suami istri yang keduanya masih kuliah, mereka bekerja pada week end, untuk mendapatkan penghasilan. Ritme kesibukan mereka menjadi luar biasa.

Bagi keluarga muslim, kesempatan mereka untuk berkegiatan bersama semua anggota keluarga adalah saat hari Sabtu dan Minggu. Namun karena rata-rata orang libur, maka berbagai macam kegiatan juga dilaksanakan pada dua hari week end tersebut.

Dampaknya, sering terjadi benturan kegiatan, dan menyebabkan adanya kerempongan tersendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun