"Cinta kita abadi sampai mati".
"Cintaku padamu tidak terbeli. Aku akan selalu mencintaimu, menjadi pasangan sehidup semati".
Tentu anda sering mendengar kalimat seperti itu, pada mereka yang tengah dilanda jatuh cinta, atau pada pengantin baru. Seakan-akan kalimat itu menunjukkan kecintaan yang abadi, padahal cinta mereka masih terbatas duniawi. Kata-kata sehidup semati, atau mencintai sampai mati, ini hanya membatasi cinta pada usia hidup di dunia ini. Artinya, cinta mereka tidak abadi. Jika memang cinta mereka abadi, tentu slogannya adalah sehidup sesurga. Cinta yang tidak terbatas kehidupan dunia, namun tetap mencinta hingga surga.
Seorang suami pernah menuturkan kisah keluarganya kepada saya. Menurutnya, di antara persoalan dalam hidup berumah tangga adalah, karena harus "mencintai orang yang sama dalam waktu lama". Kebosanan, kehambaran, kegersangan, kelayuan cinta, sangat mungkin bisa didapatkan dalam masa yang lama tersebut. Â Setiap hari ketemu orang yang sama, berinteraksi dengan orang yang sama, dalam sepanjang rentang waktu kehidupan berumah tangga.
Benarkah mencintai seseorang dalam waktu yang lama itu sulit? Tentu ini sangat relatif. Namun saya harus kembali mengingatkan, bahwa pernikahan harus diniatkan untuk selamanya. Nikah tidak boleh diniatkan untuk sementara waktu atau untuk waktu yang terbatas. Perceraian ---meskipun dibolehkan--- namun tidak boleh direncanakan sejak awal. Cerai adalah jalan keluar terakhir setelah semua cara ditempuh untuk menjaga keutuhan rumah tangga.
Karena pernikahan harus diniatkan untuk selamanya, maka hidup bersama dalam rumah tangga akan sangat menyiksa apabila tidak dilandasi dengan perasaan cinta. Rasa cinta ini yang membuat kita bertahan, jika suatu ketika dalam keluarga harus menghadapi badai yang hebat. Berbagai badai hidup berumah tangga mampu meluluhlantakkan semua bagian, termasuk pondasi rumah tangga mereka, jika tidak dijaga dengan sepenuh rasa cinta. Ini yang saya maksudkan sebagai mencintai tanpa henti.
Mencintai pasangan kita di sepanjang fase kehidupan berumah tangga. Bahkan ketika pasangan kita sudah tiada, tetap ada cinta untuknya. Ini bukan kisah film, sinetron atau novel roman belaka, namun ini adalah hal yang sangat nyata. Banyak orang telah memilikinya. Mari kita belajar dari mereka.
Kisah Abadi Mencintai Tanpa Henti
Belajar pertama harus dari manusia paripurna, Nabi Muhammad Saw. Beliau adalah sebagok-baik panutan dan teladan di sepanjang sejarah kemanusiaan. Tidak pernah letih Nabi Saw mencintai istri beliau Khadijah. Bukan hanya saat Khadijah masih hidup bersama beliau, sampai Khadijah sudah wafat pun cinta Nabi Saw tetap terjaga. Ini yang membuat kecemburuan kepada Aisyah, karena Nabi Saw masih sering menyebut-nyebut Khadijah dan kebaikan-kebaikannya dalam berbagai kesempatan.
Kecemburuan Aisyah ini dinyatakan sendiri oleh beliau, yang memang sangat merasakan kecemburuan atas posisi istimewa Khadijah di sisi Nabi Saw. Perhatikan hadits-hadits berikut, yang menggambarkan betapa besar kecintaan Nabi Saw kepada Khadijah. Betapa Nabi Saw mencintai Khadijah tenpa henti, hingga Khadijah sudah tiada, cinta itu tetap terjaga.
Dari Aisyah Ra, berkata, "Aku tidak pernah cemburu kepada seorang pun dari isteri Nabi Saw seperti kepada Khadijah. Dia meninggal sebelum beliau menikahiku. Aku cemburu karena sering mendengar beliau menyebutnya. Dan Allah memerintahkan beliau untuk memberi kabar gembira kepadanya dengan satu rumah indah di surga. Jika beliau menyembelih kambing maka beliaupun membagikannya kepada teman-teman dekatnya secukupnya". Hadits Riwayat Imam Bukhari.
Dari Aisyah ra berkata, "Aku tidak pernah cemburu kepada seorang perempuan seperti cemburu kepada Khadijah akibat Rasulullah sering mengingatnya. Dia berkata: beliau menikahi aku tiga tahun setelah dia wafat. Dan Rabbnya atau Jibril menyuruhnya untuk memberi kabar gembira padanya dengan rumah di surga". Hadits Riwayat Imam Bukhari.
Dari Aisyah ra berkata, "Aku tidak pernah cemburu kepada seorang perempuan dari isteri-isteri Nabi Saw seperti cemburu kepada Khadijah, padahal aku tidak pernah melihatnya, hanya saja Nabi Saw sering mengingatnya. Terkadang beliau menyembelih kambing lalu beliau potong-potong beberapa bagian, kemudian beliau mengirimkannya kepada teman-teman Khadijah. Terkadang aku berkata kapadanya: sepertinya tiada lagi perempuan di dunia selain Khadijah. Beliau bersabda: dia itu begini dan begini, dan aku mendapat keturunan dari dia. Hadits Riwayat Imam Bukhari.
Dalam riwayat Ahmad pada Musnad-nya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan "begini dan begini" adalah sabda beliau, "Ia beriman kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku ketika semua orang mendustakanku, ia melapangkan aku dengan hartanya ketika semua orang mengharamkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku rezeki berupa anak darinya."
Dari Aisyah ra berkata: aku tidak pernah cemburu kepada isteri-isteri Nabi Saw kecuali kepada Khadijah, padahal aku tidak sempat menemuinya. Dia berkata: Rasulullah Saw jika menyembelih kambing beliau bersabda: kirimkanlah kepada teman-teman Khadijah. Pada satu hari aku sempat membuatnya marah karena berkata: Khadijah? Maka beliau bersabda: aku dikarunai untuk mencintainya. Hadits Riwayat Muslim.
Dari Aisyah ra, berkata: aku tidak cemburu kepada Nabi atas seorang pun dari isteri-isterinya seperti cemburu kepada Khadijah akibat beliau sering mengingatnya padahal aku sama sekali tidak pernah melihatnya. Hadits Riwayat Muslim.
Penuturan Aisyah di atas menunjukkan bahwa sedemikian besar cinta Nabi Saw kepada Khadijah, sampai pun Khadijah sudah wafat Nabi Saw masih menunjukkan betapa besar cinta itu. Tidak pernah berhenti mencintai orang istimewa seperti Khadijah, yang telah memberikan kepercayaan luar biasa besarnya kepada diri Nabi Saw semenjak beliau belum menjadi Nabi. Ditambah penghormatan dan pemuliaan Khadijah kepada diri Nabi Saw, hal ini sangat berkesan pada diri Nabi Saw.
Cinta suci yang dilandasi oleh kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang tidak lekang oleh waktu, tidak luntur oleh umur. Itulah cinta abadi, kisah cinta bukan saja sehidup semati. Namun sehidup sesurga. Subhanallah.
Bagaimana Dengan Kita?
Sebagai pedoman dalam kehidupan, kita sangat berbahagia dan berbangga telah diberikan suri teladan. Kisah cinta abadi sejak di dunia hingga kelak di surga, telah dicontohkan oleh Nabi Saw, beserta istri tercinta Khadijah Al Kubra. Sekalipun kualitas diri kita sangat jauh dari Nabi Saw serta Khadijah, namun kita berusaha untuk mencontoh dan meneladani kehidupan beliau baik dalam sisi pribadi, maupun dalam kehidupan berumah tangga. Akan menjadi sulit bagi kita untuk merealisasikan, apabila tidak ada contoh yang menjadi teladan.
Sudah sangat jelas pada diri beliau berdua, bahwa keluarga dibentuk di atas landasan taqwa. Karena keimanan yang mendalam, ketaqwaan yang menghujam, maka terbentuklah pribadi indah yang saling mencinta dan saling setia karena Allah. Khadijah adalah sosok wanita salihah, yang menemani beliau Saw di masa-masa susah. Tak ada keluhan dan rintih kesedihan dari Khadijah di saat harus membersamai Nabi Saw melewati titik tersulit dalam kehidupan. Yang ada adalah jiwa tegar, jiwa yang sangat kuat, sehingga memberikan ketenangan dan kedamaian pada diri Nabi Saw.
Bagaimana dengan kita? Apakah anda ingin memiliki cinta tanpa batas masa? Apakah anda ingin mencintai tanpa henti, dan dicintai tanpa henti? Insyaallah saya akan membahas pada postingan yang akan datang.
Bersambung.
