Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menyiapkan Keluarga Menyambut Bulan Mulia

14 Mei 2017   20:40 Diperbarui: 14 Mei 2017   23:03 1592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : www.muhammadiyah.or.id

Tidak terasa, tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan. Bagi umat Islam, ini merupakan bulan istimewa yang selalu dirindukan kehadirannya, karena saking banyaknya keutamaan yang ada di dalamnya. Menurut perhitungan hisab yang dilakukan PP Muhammadiyah, 1 Ramadhan tahun 2017 ini jatuh pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2017. Sedangkan 1 Syawal jatuh pada hari Ahad tanggal 25 Juni 2017. Puasa Ramadhan tahun ini ‘hanya’ 29 hari.

Mencermati hasil perhitungan hisab tersebut, kemungkinan besar tidak akan terjadi perbedaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan di Indonesia, dari dua ormas besar, NU dan Muhammadiyah. Hal itu karena hilal (rembulan) sudah wujud, sehingga bisa dilihat saat ru'yatul hilal tanggal 26 Mei dan 24 Juni 2017. Kecuali jika semua wilayah di Indonesia mendung sehingga menghalangi pandangan mata saat ru'yatul hilal dilakukan. Namun warga negara Indonesia tetap akan menunggu keputusan resmi Pemerintah melalui Kementrian Agama RI untuk mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan.

Menyiapkan Keluarga Memasuki Bulan Mulia

Mumpung masih ada beberapa hari sebelum memasuki Ramadhan, sangat baik jika kita menyiapkan semua anggota keluarga untuk bisa menyambut bulan suci dengan kesiapan yang memadai. Salah satu cara untuk menyiapkan keluarga adalah dengan membuat pertemuan semua anggota keluarga, untuk bersama-sama kembali mempelajari Fikih Ramadhan.

Pada dasarnya tidak ditemukan keterangan di zaman kenabian, tatacara tertentu untuk menyambut Ramadhan. Namun sangat baik apabila setiap keluarga mengajak semua anggota keluarga untuk kembali mempelajari berbagai hukum terkait ibadah Ramadhan, agar bisa semakin mengoptimalkan keutamaannya. Hal ini sekaligus bisa menjadi sarana untuk meningkatkan kehangatan dan kebersamaan dalam keluarga.

Ramadhan adalah sarana pembinaan diri yang sangat efektif untuk menguatkan ketaqwaan kepada Allah Ta’ala. Sebagaimana tujuan utama dari ibadah puasa Ramadhan:

“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian untuk berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (QS. Al Baqarah :183).

Dengan menunaikan puasa serta berbagai ibadah lainnya yang dianjurkan selama Ramadhan, semua anggota keluarga akan semakin meningkat nilai ketaqwaan mereka. Taqwa adalah faktor penumbuh resiliensi yang sangat kuat, maka orang bertaqwa akan menjadi pribadi yang resilien. Jika semua anggota keluarga memiliki resiliensi yang kuat, maka keluarga akan tumbuh menjadi keluarga yang resilien pula. Menjadi keluarga tangguh, yang mudah menyelesaikan berbagai macam persoalan kehidupan.

Membentuk Keluarga Taqwa

Jika semua anggota keluarga berhasil meningkat katqwaan mereka, akan terbentuk sebuah keluarga taqwa. Keluarga yang berdiri di atas landasan taqwa, mereka berhak mendapatkan berbagai keutamaan taqwa sebagaimana telah dijanjikan Allah dalam Al Qur’an. Hal ini menjadi modalitas utama untuk mewujudkan kebahagiaan keluarga, bukan hanya di dunia, namun hingga berkumpul kembali di dalam surga.

Dalam kenyataan hidup sehari-hari, apalagi dalam era cyber saat ini, berbagai permasalahan dan tantangan sedemikian kuat mengemuka. Masuk dalam berbagai sisi kehidupan kita, termasuk di relung keluarga. Namun kita tidak perlutakut menghadapi masalah, karena hidup tak bisa dipisahkan dari masalah; dan karena masalah tidak untuk ditakuti, tapi untuk dihadapi serta dicarikan solusi. Yang harus kita takutkan adalah kalau kita tidak termasuk orang yang bertaqwa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun