Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Membangun Keluarga Tanpa Stres Itu Bisa!

31 Agustus 2016   13:20 Diperbarui: 1 September 2016   02:29 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: www.123rf.com

Suami saya sangat miskin. Hidup selalu dalam kekurangan. Wajahnya berantakan. Sudah begitu tidak ada romantisnya sama sekali. Saya bisa gila hidup bersama orang seperti itu”, ujar seorang istri.

“Suami saya berwajah ganteng. Secara ekonomi tergolong mapan dan berkecukupan. Sikapnya sangat romantis. Namun justru itulah yang membuat saya selalu stres. Romantisnya bukan hanya untuk saya. Jadi, banyak wanita mengaguminya, dimana-mana ada fans-nya”, ujar seorang istri.

Istri saya terlalu dominan. Semua ingin dikuasai. Saya tidak memiliki kebebasan sama sekali. Dia selalu ikut campur dalam semua urusan saya. Rasanya lama-lama bisa meledak kepala saya menghadapi perangai istri”, ujar seorang suami.

“Istri saya orangnya sangat pasif. Tidak memiliki inisiatif. Apa-apa selalu menunggu arahan saya. Tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Capek saya menghadapi istri yang sangat tergantung seperti itu”, ujar seorang suami.

Mengapa Anda Stres?

Sumber Gambar: www.pinterest.com
Sumber Gambar: www.pinterest.com
Banyak orang tidak bisa bahagia dalam hidup berumah tangga, karena memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi, tidak sesuai dengan realitas yang dihadapi. Mereka tidak bisa berdamai dengan masalah dan kondisi tidak ideal. Dampaknya, kekecewaan, kekhawatiran, kecemasan, kegelisahan selalu melanda dirinya setiap hari.

Punya suami berwajah jelek, stres. Punya suami terlalu ganteng, juga stres. Punya suami miskin, stres. Punya suami mapan dan kaya, juga stres. Punya suami tidak romantis, kecewa. Punya suami terlalu romantis, selalu khawatir. Punya istri dominan, stres. Punya istri tidak punya inisiatif, juga stres. Sekan hidup tidak ada yang benar. Orang-orang semacam ini menghabiskan waktu dalam kegelisahan, kekecewaan, kemurungan dan kekhawatiran berlebihan. Melihat orang lain seakan-akan lebih bahagia daripada dirinya.

“Kamu itu beruntung, walaupun suami kamu wajahnya pas-pasan, tapi orangnya sangat perhatian. Suamiku itu memang ganteng, tapi sikapnya sering menyakitkan”.

“Bersyukur banget orang seperti kamu. Meskipun suami kamu miskin, tapi setia. Suamiku kaya, tapi selingkuhanya ada dimana-mana”.

Demikian itu ungkapan orang-orang yang selalu melihat masalah dalam dirinya, dan melihat kebahagiaan ada pada orang lainnya. Mereka cemas dengan masalah yang dialami, seakan-akan orang lain tidak memiliki masalah. Melihat diri sendiri dan pasangan selalu dalam perspektif yang negatif dan pesimistis. Tidak bisa keluar dari jebakan persoalan kehidupan.

Hal yang harus selalu diingat oleh pasangan suami istri adalah realitas bahwa hidup ini tidak pernah bisa memberi kepastian. Yang pasti di dunia ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Oleh karena itu, semestinya kita semua bisa berdamai dengan berbagai situasi ketidakpastian dalam kehidupan. Suami baik dan setia itu sekarang, besok anda tidak tahu. Suami lembut dan penyayang itu sekarang, besok anda tidak tahu. Istri solihah itu sekarang, besok anda tidak tahu. Istri penurut dan penyayang itu sekarang, besok bisa berbeda lagi.

Demikian pula sebaliknya. Suami miskin itu sekarang, besok bisa berbeda kondisinya. Suami galak dan pemarah itu sekarang, besok bisa saja berubah perangai. Istri posesif dan cemburu buta itu sekarang, besok bisa saja sudah menjadi baik. Kita hanya mengetahui kondisi diri kita dan pasangan kita saat ini, sekarang ini. Besok masih memiliki sejarah yang bisa berbeda. Kehidupan telah mengajarkan kepada kita, bahwa ada banyak kejutan dan keajaiban bisa terjadi setiap hari. Sesuatu yang di luar dugaan, sesuatu yang tidak diperkirakan, semua mungkin terjadi.

Kebahagiaan maupun kedukaan, keberuntungan maupun kemalangan, keberhasilan maupun kegagalan. Semua bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa kompromi dan tanpa permisi.

Menghindari Stres Berumah Tangga

Karena realitas kehidupan mengajarkan sisi-sisi ketidakpastian, maka kita harus bisa bersikap tepat terhadap ketidakpastian tersebut. Ada dua sikap yang seharusnya anda bangun bersama pasangan dalam kehidupan keluarga, agar kehidupan anda terbebas dari stres dan ketidaknyamanan.

Pertama, kuatkan kebersamaan anda dengan pasangan.

Kebersamaan ini dimaksudkan agar terjadi suasana saling menjaga dalam kebaikan, saling menguatkan, saling berproses untuk memperbaiki diri, meningkatkan potensi positif dalam diri, sehingga ada perbaikan dari hari ke hari. Hal ini penting untuk membuat suasana interaksi yang terbuka, nyaman dan melegakan. “Jangan ada dusta di antara kita”, demikian kata syair lagu. Suami dan istri hendaknya selalu bersama dalam suka dan duka, dalam bahagia dan derita.

Suasana kehidupan suami istri harus saling percaya, saling menghormati, saling menghargai. Jika tidak muncul suasana itu, yang terjadi adalah ketegangan dan kekhawatiran yang berlebihan. Tidak ada kedekatan hubungan, tidak ada kebersamaan yang menyenangkan antara suami istri. Yang ada adalah saling curiga dan saling syak wasangka. Inilah yang menyebabkan stres, karena dilanda kecurigaan dan kekhawatiran berlebihan dan tanpa alasan.

Stres terjadi karena anda melewati hidup berumah tangga dengan cara sendiri-sendiri. Tidak melewati secara bersama-sama. Tidak berada dalam kebersamaan yang kuat antara suami dan istri.

Kedua, berdamailah terhadap ketidakpastian.

Walaupun sudah berusaha untuk saling menjaga, namun manusia adalah makhluk yang sangat dinamis. Kondisinya sangat mudah berubah karena ada berbagai faktor yang melingkupinya setiap hari. Hendaknya mempersiapkan diri untuk situasi yang tidak ideal, yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menimbulkan tekanan berlebihan saat situasi buruk itu benar-benar terjadi.

Hidup di dunia selalu ada ujian dan cobaan. Semua dari kita mungkin saja mengalami kesengsaraan, kemalangan, kenelangsaan yang tidak diharapkan. Itulah yang dimaksud dengan ketidakpastian. Hidup ini tidak selalu menemui kemujuran, keberhasilan, kemenangan, dan hal-hal yang sesuai harapan. Bisa jadi kondisinya sangat ekstrem, masyarakat Indonesia menyebutnya sebagai “sudah jatuh ditimpa tangga”. Artinya ada kemalangan yang bertumpuk-tumpuk. Sudah bangkrut usaha, rumah disita, anak terkena narkoba, dan suami selingkuh dengan banyak wanita.

Situasi kemalangan tentu saja tidak diharapkan, dan harus ada usaha untuk menghindari dan menjauhinya. Namun sebesar apa usaha dilakukan, tetap saja kehidupan ini memiliki sisi ketidakpastian. Walaupun sudah berusaha menghindari kecelakaan dengan sikap hati-hati di jalan raya dan melengkapi peralatan safety berkendaraan, namun tetap masih bisa ditimpa kecelakaan. Karena ada banyak faktor yang menyebabkan kecelakaan di jalan.

Anda akan cepat mengalami stres jika tidak mau berdamai dengan kondisi-kondisi tidak ideal dari pasangan. Selama masih bernama manusia, pasangan anda pasti banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Juga mungkin melakukan kekhilafan dan kesalahan. Anda tidak mungkin menuntut kesempurnaan dari pasangan, karena diri anda juga tidak sempurna di hadapan pasangan anda.

Sumber Gambar: www.design2talk.com
Sumber Gambar: www.design2talk.com
Berdamai dengan Semua Keadaan

Cobalah perhatikan fenomena kehidupan di sekitar kita. Ada orang takut naik pesawat terbang karena ada banyak berita kecelakaan dalam dunia penerbangan. Ia juga takut naik kereta api, karena banyak rel yang rusak sehingga menyebabkan kereta anjlok. Ia juga takut naik bus, karena rawan tabrakan. Ia takut naik motor karena sering ada kecelakaan di jalanan. Akhirnya memilih jalan kaki. Dengan hati-hati ia berjalan di trotoar agar tidak tertabrak kendaraan, ternyata ada mobil nyelonong masuk trotoar tepat saat ia lewat. Peristiwa nahas, bisa menimpa siapa saja. Bahkan kepada orang yang selalu berhati-hati dalam hidupnya.

Dalam sejarah kita pernah mendengar berita kecelakaan yang sangat langka dan bahkan sulit dibayangkan dengan logika manusia. Graham Beveridge, seorang petugas pada sirkuit GP tahun 2001 di Melbourne, meninggal akibat terkena lemparan roda mobil F1 yang terlepas. Mobil balap yang dikendarai Jacques Villeneuve, tentu sudah disiapkan dengan sangat teliti oleh tim ahli, karena berada dalam arena tingkat dunia. Tentu sangat perfect menyiapkan segala sesuatunya.

Namun kemalangan bisa menimpa siapa saja. Salah satu roda mobil Villeneuve terlepas saat mobil tengah melesat kencang di arena balap. Roda itu terbang dan melewati sebuah celah sempit di pagar pembatas, dan tepat mengenai dada Graham. Posisi Graham cukup jauh dari arena balap, dan terlindungi oleh pagar pembatas. Pagar ini berfungsi untuk perlindungan. Namun roda yang lepas dan melesat terbang itu bisa melewati celah yang cukup sempit pada pagar pembatas tersebut.

Peristiwa seperti ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa, kemalangan dan kesengsaraan bisa menimpa siapa saja, bahkan orang yang sudah sangat berhati-hati dalam hidupnya. Maka menyadari kondisi ketidakpastian dalam hidup ini, hendaknya suami dan istri tetap menyiapkan ‘plafon’ yang luas dalam dirinya untuk berdamai dengan situasi dan kondisi tidak ideal, yang tidak diharapkan kejadiannya. Hidup ini tidak selalu linear, bahwa jika sekarang bahagia maka selamanya akan bahagia. Jika sekarang sukses maka selamanya akan sukses.

Hidup ini serupa misteri, dimana kewajiban kita adalah menjalani dengan sebaik-baik perbuatan yang bisa kita lakukan. Demikian pula dalam kehidupan berumah tangga. Kewajiban kita adalah menjalani dengan sebaik-baiknya, bersama pasangan tercinta. Menciptakan kebersamaan, menguatkan keharmonisan, menemukan kebahagiaan, menikmati kemesraan, menghadapi segala permasalahan, bersama pasangan.

Bahan Bacaan 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun