Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikir Lagi Seribu Kali Sebelum Bercerai

24 Agustus 2016   16:37 Diperbarui: 24 Agustus 2016   16:51 1395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernikahan dalam pandangan agama maupun sosial, adalah peristiwa sakral yang harus dijaga hingga sepanjang usia hidup manusia. Perceraian bukanlah hal yang bisa dilakukan dengan semena-mena hanya berdasarkan kemarahan atau emosi atau dipicu hal-hal sepele lainnya. Keutuhan dan keharmonisan keluarga harus dijaga dan dirawat dengan sebaik-baiknya, dengan berbagai usaha bersama antara suami dan istri. Perceraian tidak boleh dijadikan sebagai pelampiasan dari setiap permasalahan yang melanda keluarga.

Walaupun agama membolehkan bercerai, namun itu adalah jalan keluar terakhir setelah semua cara dilakukan tidak membuahkan hasil. Tentu saja ada sisi positif berupa manfaat dari perceraian, sehingga agama memberikan jalan keluar jika sudah tidak bisa menjaga kebersamaan lagi. Namun sepanjang masih ada jalan untuk menyatukan, maka pilihan utama adalah tetap menjaga keutuhan keluarga. Perceraian disebut sebagai perbuatan halal yang dibenci Allah.

Gangguan Kesehatan

Ada sangat banyak sisi negatif dari perceraian, diantaranya adalah memunculkan sejumlah penyakit. Perasan tidak tenang, tidak nyaman, yang muncul akibat proses perceraian membuat seseorang menjadi sulit tidur, sehingga memudahkan munculnya sejumlah penyakit. Situs Dailymail pernah memuat laporan bahwa perceraian dapat membuat seseorang sulit tidur yang akhirnya mengakibatkan kematian karena tekanan darah tinggi. Laporan itu dibuat berdasarkan serangkaian studi di Amerika Serikat.

Dalam pandangan agama, pernikahan dan berumah tanggalah yang mampu memunculkan kondisi sakinah, mawaddah wa rahmah. Sebuah kondisi tenang, tenteram, damai, nyaman, bahagia, sejahtera, dan memberdayakan semua potensi positif anggotanya. Pernikahan memunculkan berkah dalam kehidupan, hidup menjadi seimbang dan tenang. Ada tempat untuk berbagi, ada tempat untuk mencurahkan kasih sayang, ada tempat untuk mendapatkan perlindungan.

Oleh karena itu wajar jika perceraian memberikan dampak yang sebaliknya. Kondisi ketenangan yang semula dirasakan, menjadi hilang setelah bercerai. Psikolog, Dr. David Sbarra dari University of Arizona, mengatakan bahwa mereka melihat efek tertunda penyakit dari 138 orang yang berpisah dengan pasangannya. "Ada peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik pada  mereka yang berpisah dan bercerai. Padahal tekanan darah normal adalah sekitar 120/80," kata Sbarra.

Untuk itu, ada nasehat psikolog agar dilakukan pendampingan paska perceraian dalam rangka membuat suasana yang lebih nyaman. Jika perlu, sampai ke tingkat terapi. Penulis laporan studi tersebut, Kendra Krietsh menerangkan bahwa orang-orang yang sulit tidur setelah bercerai mungkin harus mau melakukan terapi perilaku kognitif. "Jika setelah bercerai dia tidak bisa tidur, maka mereka benar-benar perlu mendapatkan bantuan karena bisa menyebabkan masalah," ujarnya.

Kesendirian : Menenangkan atau Menyiksa?

Kadang kesendirian itu lebih baik dan lebih kondusif bagi seseorang, karena saat hidup berumah tangga kerap mendapatkan kekerasan, kekasaran dan perlakuan tidak manusiawi dari pasangan. Dalam contoh kasus KDRT yang parah, perceraian adalah jalan terbaik. Demikian pula dalam contoh seseorang yang mengidap penyimpangan seksual parah, sering melakukan penyiksaan terhadap pasangan sebelum berhubungan suami istri, dan bisa membahayakan jiwa pasangan, maka kesendirian jauh lebih baik dan lebih menenangkan.

Pada contoh kasus yang sangat spesifik tersebut, cerai adalah jalan keluar yang disarankan. Kesendirian adalah kondisi yang menenangkan jiwa, dibanding harus menanggung beratnya siksaan dari pasangan. Dengan kondisi seperti itu, kita bisa mengetahui betapa cerai adalah salah satu solusi yang memang diperlukan. Karena jika tidak bercerai, yang didapatkan adalah kekerasan dalam rumah tangga yang membahayakan jiwa dan raganya.

Namun dalam banyak contoh kasus, perceraian sering kali hanya terkait dengan ego dan harga diri. Merasa dihina, merasa direndahkan, merasa dikhianati, merasa tidak dihargai, merasa tidak didengarkan, merasa tidak dibutuhkan, dan ribuan perasaan negatif lain terhadap pasangan. Hanya karena terdorong emosi, lalu cepat-cepat memutuskan untuk bercerai. Dalam contoh seperti ini, keputusan bercerai menjadi sangat prematur. Kurang pertimbangan, kurang alasan yang bisa dipertanggungjawabkan.

Hendaknya dipertimbangkan secara masak-masak, jangan cepat-cepat memutuskan untuk bercerai. Ingatlah kebersamaan dengan pasangan itu sangat mahal. Kebersamaan itu yang menenangkan, membahagiakan, melegakan, membuat suasana indah dan nyaman. Kesendirian akan menjadi siksaan. Di ruang konseling, kami sering mendapatkan curhat mereka yang harus menjalani hidup dalam kesendirian karena berpisah dengan pasangan. Tentu saja sedihnya tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Kesendirian itu sangat menyiksa, demikian ungkapan seorang klien saya di ruang konseling.

Mungkin itu yang membuat sulit tidur. Hasrat tidak tersalurkan. Kasih sayang tidak didapatkan. Semua manusia, laki-laki maupun perempuan, memerlukan sentuhan, memerlukan kasih sayang, memerlukan pelukan, memerlukan curahan cinta, memerlukan tempat untuk berbagi. Jika hal-hal manusiawi itu tidak mendapat penyaluran, bagaimana ia bisa tidur nyenyak? Bagaimana bisa hidup tenang? Jadilah beban pikiran yang memberatkan. Akhirnya bisa memunculkan penyakit, penuaan dini, depresi, bahkan sampai resiko kematian.

Pikirkan ribuan bahkan jutaan kali, sebelum mengambil keputusan bercerai. Karena kesendirian itu bisa mematikan.

Bahan Bacaan :

Perceraian Tingkatkan Risiko Kematian 

Efek Perceraian terhadap Pria dari Kematian Dini hingga Risiko Bunuh Diri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun