Mohon tunggu...
Cahyadi Takariawan
Cahyadi Takariawan Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis Buku, Konsultan Pernikahan dan Keluarga, Trainer

Penulis Buku Serial "Wonderful Family", Peraih Penghargaan "Kompasianer Favorit 2014"; Peraih Pin Emas Pegiat Ketahanan Keluarga 2019" dari Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Konsultan Keluarga di Jogja Family Center" (JFC). Instagram @cahyadi_takariawan. Fanspage : https://www.facebook.com/cahyadi.takariawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Kisah Istri yang Menjodohkan Suaminya dengan Janda

12 Agustus 2016   08:20 Diperbarui: 24 Agustus 2017   08:11 7169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Kompasiana (Shutterstock)

Tidak semua wanita keberatan dengan poligami. Dalam realitas sehari-hari, ada juga wanita yang merelakan suaminya menikah lagi dengan wanita lain. Justru karena ingin menjaga sang suami agar tidak terjatuh ke dalam tindakan dan perbuatan dosa. Ada pula wanita yang mengingnkan suaminya menikah lagi, karena ingin menolong wanita lainnya. Seperti kisah Novie, yang mencarikan istri untuk suaminya, Budi, berikut ini.

Budi dan Novie adalah pasangan suami istri yang tampak bahagia dan harmonis. Keluarga mereka hidup damai dengan tiga anak hasil pernikahan sepuluh tahun yang sudah mereka jalani bersama. Tidak ada yang istimewa dari keluarga ini, semua tampak biasa saja sebagaimana keluarga pada umumnya.

Saat Novie Ingin Suaminya Menikah Lagi

Suatu ketika, Novie mengajak Budi untuk berbincang serius.

“Maukah engkau menikah lagi?” tanya Novie.

“Hah? Ngapain kamu ngomong seperti itu.... “ jawab Budi heran.

“Aku serius dengan pertanyaanku. Maukah engkau menikah lag?” Novie mengulang pertanyaannya.

“Kok nanya begitu? Ga ada angin ga ada hujan. Aku ga mau bahas kayak gitu.....” jawab Budi.

“Aku tidak main-main Bang... Ada seorang janda yang aku sangat ingin engkau menikahinya....” ungkap Novie.

Ilustrasi (duaqunoot.com)
Ilustrasi (duaqunoot.com)
Rupanya ada peristiwa yang melatarbelakangi permintaan Novie tersebut.  Suatu ketika, Novie bertemu dengan seorang anak kecil yang tengah menangis. Ia menghampiri dan mengajaknya mengobrol. Dari peristiwa ini, Novie menjadi kenal dengan Cherry, si anak kecil mungil, dan ibunya yang sudah menjanda. Pertemanan mereka menjadi makin akrab, sering nelpon, berkunjung ke rumah, dan berkegiatan bersama. Novie senang bisa menemani Cherry yang ditinggal mati ayahnya lantaran sakit.

Ada kata-kata Cherry yang selalu mengganggu perasaan Novie. “Aku ingin punya ayah. Aku ingin diajak jalan-jalan sama ayah, seperti teman-temanku. Tiap hari Minggu teman-temanku diajak jalan-jalan oleh ayahnya....”

Kata-kata polos dari seorang anak kecil, membuat hati Novie meleleh. Bermalam-malam ia memikirkan Cherry dengan ekspresi lugunya. Hingga akhirnya Novie memutuskan untuk menawarkan ibu Cherry untuk dinikahi suaminya, dengan motivasi agar Cherry memiliki ayah sebagaimana yang diinginkan. Namun ternyata tidak mudah bagi Novie untuk meyakinkan Budi. Lebih mudah bagi Novie untuk menyiapkan diri sendiri agar rela berbagi, karena merasa tidak tega atas kondisi Cherry yang obsesif ingin memiliki ayah.

“Kamu jangan ngawur, Novie. Aku tidak ada keinginan untuk menikah lagi. Jangan memaksa aku”, jawab Budi, setelah berkali-kali Novie memaksa Budi untuk menikahi ibunya Cherry.

Sebagaimana tidak semua wanita keberatan dengan poligami, rupanya tidak semua laki-laki mau melakukan poligami. Selama ini kadang kita sering mendengar stereotip di masyarakat, bahwa semua wanita keberatan dipoligami, dan semua laki-laki maunya poligami. Persepsi seperti ini tentu saja tidak benar, karena semua orang memiliki alasan dan cara pandang tersendiri tentang masalah ini. Nyatanya ada wanita yang sangat ingin suaminya menikah lagi, dan ada laki-laki yang menolak untuk melakukan poligami.

Semua memiliki pertimbangan, perhitungan dan alasan yang menyangkut kondisi dirinya. Berbeda-beda kondisi satu orang dengan orang lainnya.  Tidak bisa diseragamkan sikap mereka terhadap poligami. Oleh karena itu, proses poligami jangan sampai menjadi sesuatu yang merusak kebahagiaan hidup berumah tangga. Jangan ada paksa memaksa, baik dari segi suami maupun dari segi istri.

Suami jangan memaksakan kehendak untuk poligami, tanpa menyiapkan dan menimbang perasaan serta kondisi sang istri. Demikian pula istri jangan memaksakan kehendak agar suaminya melakukan poligami tanpa mau tahu ketidaksiapan suami. Hendaknya semua ditimbang, diperhitungkan, dipersiapkan, dilakukan proses dengan baik. Suami dan istri hendaknya berbincang dari hati ke hati, tanpa ada ancaman atau paksaan, atau doktrin yang menyebabkan satu pihak berada dalam suasana tertekan saat mengambil keputusan.

Keberhasilan poligami dipengaruhi oleh proses yang ditempuh untuk melaksanakannya, yang dijiwai oleh kesiapan dari semua pihak. Bukan paksa memaksa, bukan menghalalkan semua cara, karena poligami diatur dengan aturan agama serta negara.

Poliganti

Rupanya Novie merasa gagal mengkondisikan suaminya untuk menikahi ibunya Cherry. Bahkan kata-kata pamungkas Novie tidak juga mempan bagi Budi untuk menikah lagi.

“Mungkin Abang menolak menikahi dia karena Abang belum pernah melihat langsung orangnya. Aku bisa atur pertemuan dengan dia, agar Abang mengenal dan bisa tertarik. Orangnya masih muda dan cantik jelita. Abang pasti akan suka setelah melihatnya”, kalimat inipun tidak mempan bagi Budi.

“Kalau Abang menikahi dia, itu telah menolong anak yatim. Itu perbuatan yang sangat mulia. Dan itu juga membuat aku bisa masuk surga karena merelakanmu  menikahi janda”, kalimat inipun tidak membuat Budi berbunga-bunga.

Novie sudah kehilangan senjata untuk membuat Budi bersedia menikahi ibunya Cherry. Setelah melalui perjuangan panjang mengkondisikan Budi, akhirnya Novie pun menyerah.

“Jadi, apa yang Abang kehendaki? Bukankah poligami itu sunnah Rasul? Kenapa Abang tidak mau melakukannya?” tanya Novie.

“Aku tidak menolak sunnah Rasul. Masih sangat banyak sunnah Rasul lainnya yang juga belum aku lakukan” jawab Budi.

“Contohnya apa Bang?” tanya Novie.

“Poliganti”, jawab Budi sambil tersenyum-senyum.

“Apa itu Bang?”

“Nabi Saw hanya menikah dengan Khadijah sampai wafatnya Khadijah. Setelah Khadijah wafat barulah Nabi Saw menikah lagi. Nah itu yang Abang sebut sebagai poliganti. Yaitu menikah lagi setelah istrinya meninggal”, jawab Budi.

“Jadi aku akan merawat dan menjagamu sampai akhir hayatmu, sebagaimana aku ingin engkau merawat dan menjagaku sampai akhir hayatku. Nanti kalau kamu meninggal duluan, barulah aku akan menikah lagi....” lanjut Budi.

“Waw so sweet Bang..... “

“Nah, sekarang pertanyaannya, kapan kamu meninggal Dek?”

“Aaaaaarrrrghhh............”

Kalibata, 12 Agustus 2016

*) Budi, Novie, Cherry – bukan nama sebenarnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun