Gambar : Sini
Sumber: Zmescience
Kebangkitan ekonomi digital telah mengubah lanskap berbagai industri, inovasi bermunculan dari berbagai sisi. Fenomena ini membuat startup-startup baru seperti penyedia jasa angkutan online melesat naik hingga skala internasional hanya dalam hitungan tahun, bukan decade, dan perusahaan-perusahaan ini memiliki akses terhadap pengukuran kesuksesan real-time yang lebih baik dibanding sebelumnya.
Anomali baru dan krusial telah muncul ke dalam sistem-sistem perusahaan: Big Data. Apakah Big Data itu dan apa efek yang dibawanya terhadap ekonomi digital?
Apa itu Big Data
Banyak kalangan yang bingung tentang apa sebenarnya big data itu, namun simpulan yang dibuat para ahli adalah big data merupakan koleksi data dari sumber tradisional dan digital yang mewakili sumber dari pertumbuhan dan analisis yang sedang berlangsung. Big data dapat dibilang ganjil karena ia mengumpulkan data-data dari internet dan kode computer, tapi sumber tradisional dan non-digital seperti data finansial, informasi transaksi, dan saluran interaksi seperti call center. Big data biasanya dibagi menjadi dua bentuk.
Yang pertama ada data tidak terstruktur, yaitu data yang berasal dari informasi yang tidak terorganisir, dan sulit ditafsirkan menggunakan model data tradisional. Contoh dari data tidak terstruktur ini adalah tweet dan metadata.
Bentuk lain dari big data adalah multi-struktur. Bentuk ini mengacu pada berbagai macam tipe data, kebanyakkan berasal dari interaksi antara pengguna dan mesin, seperti jaringan sosial atau aplikasi berbasis web. Contoh yang bagus dari bentuk data ini adalah data weblog.
Efek Big Data
Dengan segala yang dimilikinya, masih ada pertanyaan yang belum terjawab: bagaimana big data memberikan efek pada ekonomi digital? Jawabannya sederhana. Big data, jika digunakan dengan benar, dapat mengubah semua hal yang diketahui tentang ekonomi digital.
Dalam banyak hal, ini sudah mulai berjalan. Big data dapat digunakan untuk mengetahui perilaku konsumen lebih detail dibanding sebelumnya. Alasan mengapa banyak perusahaan taksi yang dikalahkan oleh perusahaan angkutan online, adalah karena perusahaan taksi masih mengandalkan contact center dan telepon untuk memesannya yang mana kurang efektif dan praktis bagi konsumen dibanding sistem point dan klik yang diterapkan perusahaan angkutan online.