Mohon tunggu...
Syam Jabal
Syam Jabal Mohon Tunggu... Human Resources - ASN

tukang burung (http://gudangjalakklaten.blogspot.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Antara Ekstra Effort, Sterilisasi Ayam dan Serangan Botok Mercon

6 November 2019   09:00 Diperbarui: 6 November 2019   09:04 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memeriksa bangunan kandang (dok. pribadi)

Sudah lama saya mendengar kiprah Mas Eko dalam mengejar ekstra effort untuk mengisi pundi-pundi negara. Namun baru kali ini saya berkesempatan untuk mengenalnya lebih dekat.

Tak kurang dari tujuh jam saya membuntuti beliau melakukan visit ke beberapa wajib pajak di daerah Kabupaten Sragen. Beruntung saya memiliki kesempatan berdekatan dengan anak muda milenial yang menjadi salah satu the back bone Seksi Ekstensifikasi KPP Pratama Karanganyar itu.

Saya membuntuti beliau bertugas saat melakukan verifikasi lapangan terkait kewajaran nilai bangunan salah satu perusahaan peternakan ayam di wilayah Sragen. Perusahaan ini cukup besar, bahkan claim dari pihak perusahaan, peternakan ayam ini merupakan yang terbesar di Jawa Tengah. Verifikasi lapangan ini beliau lakukan untuk memastikan berapa besarnya Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri (PPn KMS) yang harus dibayar oleh wajib pajak.

Kata Mas Eko dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 2 Ayat 3 dinyatakan bahwa Kegiatan Membangun Sendiri adalah "Kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan, yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain".

Demi melaksanakan amanat peraturan tersebut, kami turun ke lapangan. Dalam terik matahari yang membakar kulit, Mas Eko dan Pak Rudy di dampingi salah satu pihak managemen memeriksa bangunan kandang. Pihak managemen menyampaikan bahwa kandang ayam berlantai tiga ini dikelola dengan sitem yang modern. Alat pendingan dan penghangat ruangan bekerja dengan baik. Tirai penutup ruangan, alat pencampur pakan, pemberian pakan dan minum semuanya serba elektronik.

Sebagai sebuah perusahaan besar yang dikelola dengan managemen peternakan modern, mereka memiliki standar yang baku dalam mengelola peternakan. Salah satunya diterapkannya system biosekuriti. Mereka menerapkan system ini dengan cukup disiplin agar bisa menghasilkan produksi secara maksimal, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas. Mereka menerapkan standar pengelolaan peternakan modern ini dengan ketat.

Biosekuriti sebagai bagian dari mitigasi resiko ini merupakan langkah pengamanan biologic untuk pencegahan menyebarnya kuman pada ayam. Dengan system ini pengendalian penyakit bisa dimaksimalkan, kondisi lingkungan yang kondusif bagi ayam bisa diwujudkan, dan resiko terserang virus bagi karyawan yang sehari-harinya beraktivitas di dalam peternakan bisa dicegah sejak dini.

Di peternakan yang dikelola secara modern seperi ini, orang luar hanya boleh masuk setelah melalui proses desinfeksi seperti semprot desinfektan, mandi, memakai sepatu khusus, baju penutup dan topi khusus yang telah didesinfeksi. Sesuai Standart Operating Procedure (SOP) rombongan kamipun melalui proses desinfeksi dan mandi wajib bagi para tamu. Mau memasuki kandang ayam mesti mandi dulu ? Iya !

Mula-mula kami melewati pintu masuk berupa lorong tembok. Pada sisi kanan dan kiri tembok diberi pagar melintang ke tengah lorong, sehingga kami harus berjalan dengan zig zag. Dari tembok bagian kanan dan kiri disemprotkan air bercampur desinfektan. Saat memasuki lorong, kami masih mengenakan pakaian seragam lengkap. Selesai disemprot desinfektan,  kami diwajibkan untuk mandi dan ganti pakaian yang disediakan petugas. Setelah itu barulah rombongan diijinkan untuk masuk ke area kandang. Akhirnya dengan tampilan baru, kami memasuki area peternakan.

Tengah hari, cuaca terik bukan kepalang. Kami menyusuri jalan-jalan sekitar kandang. Dalam kondisi terpapar terik matahari, sambil berjalan menyusuri kandang Mas Eko melakukan edukasi kepada wajib pajak, terutama terkait dengan kewajiban membayar Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri (PPn KMS). Setelah semuanya di rasa cukup kami berpamitan pulang. Ini artinya separuh tugas untuk mengisi pundi-pundi negara di hari ini, sudah tertunaikan. Plong rasanya hati ini.

Selesai mengurus pekerjaan, kami berganti mengurus persoalan perut. Sepanjang perjalanan pulang sejak keluar dari peternakan tadi, perut ini sudah keroncongan. 

"Makan di mana kita ?" tanya saya. 

Tak menunggu lama Mas Eko menyebut botok mercon alias pepes petasan. Waouow apa itu botok mercon ?

Kalau botok teri atau mlanding (petai cina) saya sudah terbiasa makan, tapi ini botok mercon. Sebagai pendatang baru di Karanganyar tentu saja saya masih asing dengan mercon yang di bikin botok ini. Tapi Mas Eko berhasil meyakinkan kami bahwa kuliner yang satu ini benar-benar maknyus. Ah dari pada penasaran saya ngikut sajalah.

Setelah perjalanan sekitar setengah jam, sampailah kami di rumah makan yang dimaksud. Tiga piring nasi dan sepiring bungkusan daun pisang kukus terhidang di depan kami. Ooo ini yang namanya botok Mercon ? Dengan hati-hati (karena khawatir merconya meledak) saya buka bungkusan daun pisang itu.

Penampakan botok mercon (dok pribadi)
Penampakan botok mercon (dok pribadi)
"Hhmmm aromanya ... aroma cabe seribu persen," kata saya bergumam.

Begitu saya buka, muncullah penampakan sepotong daging patin berbalut cabe halus kemerahan terendam dalam kuah pedas. Hhmm ... semakin menambah gairah saya untuk segera menyantapnya.

Sejurus kemudian, nasi putih panas itu saya siram kuah botok plus cabe halusnya. Setelah saya aduk-aduk sebentar suapan sendok pertama menawarkan kelezatan yang benar-benar maknyus di lidah. Benar kata Mas Eko, Botok merconnya bener-bener maknyus.

Saya lanjut ke suapan ke dua. Rasa lezat itu masih sangat kuat memanjakan lidah, meski rasa pedasnya mulai terasa menyerang. Pada suapan ketiga serangan cabenya semakin nendang saja. Akhirnya pada suapan yang ke empat saya membutuhkan istirahat.

Ya saya butuh istirahat sejenak, karena serangan cabenya mulai mendaki puncak levelnya. Pedasnya membuat lidah ini tidak focus lagi pada cita rasanya, berdesis-desis menahan pedas yang kian menggigit. Rasa pedasnya benar-benar telah maksimal mendaki level tertingginya. Saking maksimalnya bahkan sepulang dari kantorpun perut ini masih terasa panas. Mercon cabenya meledak dan meski kelezatannya tetap lebih mendominasi cita-rasa.

Namun meski pedasnya menyiksa lidah, toh cabe memiliki takdir unik yaitu ngangenin. Bahkan racun kangennya bakal mengikat rasa ingin kembali bagi siapa saja saja yang pernah menyantapnya. Maka jangan heran meski hari ini dia menghajar lidah kami dengan level kepedasan yang maksimal, sepekan dua pekan ke depan dia akan menarik kami untuk menyantapnya lagi. Begitulah sifat racun cabe, dari sononya.

Dalam sisa perjalanan pulang selanjutnya, diam-diam saya semakin salut dengan Mas Eko ini. Beliau orangnya jeli dan di lapangan sangat menguasai medan. Jeli dalam mencari ekstra effort sekaligus saat di lapangan beliau menguasai medan kulinernya. Namun ada satu konsekwensi yang harus ditanggung jika menyertai beliau turun ke lapangan yaitu terkurasnya stamina. Karena beliau dikenal sebagai pekerja keras. Berangkat sepagi mungkin dan pulangnya sesore mungkin. Mantab Mas Eko !

Dan satu lagi beliau ini tipe orang yang multi tasking alias bisa mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Dan hari ini bakat itu saya saksikan dengan mata kepala sendiri. Dengan sekali jalan empat even berhasil  beliau gelar yaitu edukasi wajib pajak, ekstra effort, mandi wajib dan sensasi botok mercon. Mantab tenan pokoke. Masuk Mas Ekoooo ... !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun