Mohon tunggu...
Akhmad Sugiyono
Akhmad Sugiyono Mohon Tunggu... wiraswasta -

Manusia Biasa, bagian terkecil dari masyarakat Indonesia yang selalu menginginkan perubahan masyarakat hari ini menuju masyarakat madani

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Belajar dari Kekalahan Atletico Madrid

25 Mei 2014   20:12 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07 1861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diego Costa ketika digantikan Andrian Lopez (sumber: http://u.goal.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="David Villa dihibur Michael Platini (sumber:http://media.ledger-enquirer.com)"][/caption]

Real Madrid akhirnya memperoleh La Decima (gelar kesepuluh) liga paling bergengsi di level klub – klub Eropa ini, UEFA Champion League 2014. Final yang berlangsung di Stadion Da Luz, Lisbon – Portugal ini mempertemukan dua tim sekota asal negeri Matador yaitu Atletico Madrid melawan Real Madrid. Ambisi Atletico untuk pertama kalinya meraih gelar Liga Champion ini harus pupus dari pasukan yang di arsiteki oleh Don Carlo. Gelar kedua Real Madrid setelah Copa Del Rey sekaligus menahbiskan diri menjadi Klub terbaik di Eropa dengan La Decima nya.

Terlepas dari raihan El Real yang mampu menggagalkan ambisi Atletico mengawinkan gelar liga domestik dengan Eropa. Apresiasi patut diberikan kepada pasukan Los Rojiblancos yang dibesut oleh Diego Simeone ini. Raihan liga domestik dan mampu melenggang menuju partai Final Liga Champion dengan menghempaskan tim – tim berpredikat langganan juara liga ini seperti, AC Milan dan Barcelona merupakan prestasi yang sulit di raih. Tetapi Atletico Madrid membuktikan hal tersebut meskipun harus anti klimaks di menit akhir dan merelakan gelar bergengsi ini jatuh ke pelukan saudara sekotanya.

Jalannya pertandingan di babak pertama sendiri tidak memperlihatkan kualitas pertandingan Final Liga Champion, terutama di 10 menit awal. El Real yang mengandalkan kecepatan Gareth Bale dan skill menawan Cristiano Ronaldo di depan terlihat waspada dalam melakukan serangan – serangannya. Sebaliknya Atletico, entah ego dari Diego Costa untuk tampil di final atau ambisi berlebihan sang arsitek Diego Simeone yang memaksakan Striker andalannya untuk bermain di tengah cedera yang menerpannya, yang pasti strategi ini benar menumpulkan barisan depan Atletico sendiri. Tidak salah kemudian di menit ke-10 Diego Costa harus diganti oleh Adrian Lopez.

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Diego Costa ketika digantikan Andrian Lopez (sumber: http://u.goal.com)"][/caption]

Hingga menit ke-25 permainan masih berkutat di tengah lapangan dengan diiringi beberapa pelanggaran – pelanggaran keras dari kedua tim. Madrid yang lebih banyak berinsiatif untuk menyerang pun tidak terlalu efektif menghadapi gaya bertahan Atletico dan serangan balik cepatnya. Di menit ke-32 Bale yang sudah berhadapan dengan Courtois pun gagal memanfaatkannya, hingga 4 menit setelahnya lewat kemelut di depan gawang Madrid dan posisi blunder Casillas yang terlalu maju memaksa bola bersarang ke gawang El Real lewat sundulan Diego Godin. Skor berubah 1 – 0 untuk Atletico, gemuruh stadion mulai memanas dan membakar semangat pasukan Atletico ini, Madrid berbalik tertekan oleh serangan – serangan sporadis dari Atletico sampai peluit panjang babak pertama berbunyi.

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Godin ketika memperdaya Casillas (sumber: http://u.goal.com)"]

Godin ketika memperdaya Casillas (sumber: http://u.goal.com)
Godin ketika memperdaya Casillas (sumber: http://u.goal.com)
[/caption]

Tensi pertandingan di babak kedua semakin meningkat dan memperlihatkan permainan berkelas. Madrid tetap berusaha mengejar ketertinggalannya, sebaliknya Atletico tidak mau kalah dengan menunjukan kesolidannya di lini belakang dengan sekali – sekali melancarkan counter attack yang berbahaya. Ambisi untuk segera mengangkat trophy Liga Champion membuat Atletico bermain negatif di 15 menit akhir, otomatis menjadi kesempatan tersendiri bagi punggawa El Real untuk mencecar barisan pertahanan Atletico. Memasuki Injury Time selama 5 menit, pasukan Los Rojiblancos semakin mengalami ketegangan dalam mempertahankan gawangnya, sebaliknya El Real tanpa kenal putus asa berusaha terus di 5 menit akhir ini. Usaha yang tidak sia – sia, di menit 90 + 3 dari sepak pojok Modric dapat dimanfaatkan dengan sebaiknya oleh Sergio Ramos dan berbuah Gol untuk menyamakan skor menjadi 1 – 1. Pemain, pelatih dan jajaran official serta pendukung Atletico Madrid tentu tersentak, gelar yang tinggal 2 menit lagi di depan mata harus pupus lewat sundulan Ramos.

[caption id="" align="aligncenter" width="496" caption="Ramos ketika menyamakan kedudukan di menit "]

Ramos ketika menyamakan kedudukan di menit 93 (sumber: http://u.goal.com)
Ramos ketika menyamakan kedudukan di menit 93 (sumber: http://u.goal.com)
[/caption]

Pertandingan harus dilanjutkan dalam babak perpanjangan waktu. Terlihat di 15 menit babak pertama mental para pemain Atletico runtuh dan sebaliknya semangat dari pasukan El Real meningkat. Di 15 menit babak pertama ini Atletico terkesan lebih bertahan dan mengulur – ulur waktu untuk memaksa terjadinya adu pinalti. Kenyataan berkata lain di 15 menit babak kedua tepatnya menit 110 lewat serangan balik dari kaki De Maria yang mampu menerobos sisi kanan pertahanan Atletico dan melepaskan tembakan kearah gawang. Sepakan De Maria tersebut mampu di tepis oleh Courtois dan bola liar tersebut akhirnya di sundul oleh Bale dan berbuah gol, 2 – 1 untuk Real Madrid.

Para pemain, official dan pemain cadangan serta pendukung Atletico semakin terdiam tak percaya, hanya sang arsitek Diego Simeone saja yang terlihat gusar di pinggir lapangan. Kepercayaan diri yang semakin runtuh ini semakin di manfaatkan oleh Cristiano Ronaldo dkk. Di menit 118 dan 120 Madrid menambah gol – gol lewat Marcelo dan Cristiano Ronaldo lewat titik putih. Papan skor akhirnya berubah menjadi 4 – 1 untuk La Decima Real Madrid.

[caption id="" align="aligncenter" width="570" caption="La Decima for Real Madrid (sumber: http://u.goal.com)"]

La Decima for Real Madrid (sumber: http://u.goal.com)
La Decima for Real Madrid (sumber: http://u.goal.com)
[/caption]

Belajar dari drama final Liga Champion ini, terutama dari Atletico Madrid. Tidak ada yang salah dari segi permainan ataupun strategi yang diterapkan Diego Simeone. Malah terbukti strategi bertahan dan pada waktunya melakukan counter attack bola – bola panjang memanfaat kecepatan lini depannya David Villa. Lini belakang Atletico yang solid dan disiplin ketika kehilangan bola pun efektif diterapkan membuat lini depan Madrid tumpul selama 90 menit. Patut menjadi sorotan disini adalah ambisi berlebihan dari Atletico, dapat dilihat di 15 menit akhir babak kedua Atletico terkesan terburu – buru untuk menyelesaikan pertandingan. Konsentrasi dan fokus seluruh pemain akhirnya pecah gara – gara ambisi berlebihan ini, tekel keras dan mengulur – ulur waktu membuat lini belakang mereka sendiri kocar – kacir.

Selain ambisi berlebihan, kembali menjadi kendala bagi tim yang tidak punya pengalaman dalam laga bergengsi seperti final Liga Champion ini adalah masalah mental. Terbukti setelah Ramos menyamakan kedudukan mental para pemain Atletico langsung runtuh tak berdaya. Suporter dari Los Rojiblancos ini pun shock dan terdiam, memaksa Diego Simeone turun untuk memberikan semangat kepada para pemain dan juga suporternya juga sekaligus. Kedudkan 1 – 1 seakan menjadi hasil akhir dan merasa habis bagi pemain – pemain Atletico. Mental disini yang berbicara, pengalaman menjadi saksinya.

Kekalahan Atletico Madrid menjadi catatan tersendiri bagi kita insan olah raga di tanah air. kegagalan Tim Thomas dan Uber Cup kita kemarin juga tidak lepas dari mental bertanding para pemain. Dan di beberapa even olah raga lain dalam suatu kejuaraan baik itu Sea Games, Asian Games, Olimpiade hingga di beberapa turnamen sepak bola antar negara, tim kita Indonesia selalu terkendala dengan masalah mental bertanding. Hal inilah yang patut menjadi PR bagi KONI dan organisasi - organisasi olah raga untuk memperbaikinya, mengambil terminologi Jokowi dalam gagasannya perlu ada “Revolusi Mental” dalam dunia olah raga tanah air.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun