Mohon tunggu...
Pahliyani
Pahliyani Mohon Tunggu... Freelancer - Hamba Tuhan

Menyukai melamun yang ditemani kopi dan musik, lalu tidak memikirkan apa-apa tentang dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hikmah Cita-cita yang Gagal

8 Juni 2022   22:20 Diperbarui: 9 Juni 2022   07:25 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja namaku Julian. Aku laki-laki berusia 18 tahun. Aku gemar bermain sepakbola. Hampir setiap hari aku berlatih sepakbola di lapangan kantor desa dekat rumahku. Terkadang berlatih dengan pelatih profesional dan terkadang aku berlatih sendiri dengan teman-temanku.

Dari rutinitasku tersebut kalian pasti tahu apa cita-citaku. Yah menjadi pemain bola profesional seperti Cristiano Ronaldo atau seperti Bambang Pamungkas. Yang bisa berguna dan membanggakan keluarga dan negara. Semua kulakukan untuk menggapai cita-citaku tersebut.

Aku sering menonton video motivasi, sang motivator bilang "Kalau yang lain bisa, kamu juga bisa. Menyerah hanya untuk pecundang. Kejar terus mimpimu" Jadi, aku selalu bersemangat untuk mengikuti lomba-lomba sepakbola. Meskipun tak pernah menjadi juara dan bahkan sering menjadi pemain cadangan.

Aku bukan yang terbaik di desaku dalam hal bermain sepakbola. Sering jadi cadangan. Dan turnamen kecil antar desa saja tak bisa kumenangkan. Padahal aku sudah berlatih setiap hari. Tapi aku gak pernah menyerah. Terus kukejar cita-citaku. "Aku ingin seperti Cristiano Ronaldo" kalimat yang selalu kuulang saat baru bangun tidur.

Sampai satu ketika aku mencoba ikut lomba sepakbola dalam rangka HUT RI di lapangan kantor desa, hanya diikuti RT-RT yang ada di desa ini saja. Aku seperti biasa begitu optimis. Begitu bertekad dan begitu yakin. Berbekal doa, usaha dan video-video motivasi yang ada di Youtube.

Saat pertandingan dimulai. Aku dijadikan cadangan oleh pelatih. Posisiku penyerang tengah. Saat menit ke 70 belum terjadi gol satupun. Akupun dimainkan. Dengan sangat semangat aku berdiri di pinggir lapangan untuk segera masuk lapangan menggantikan temanku yang beberapa kali gagal mencetak gol.

Aku masuk ke lapangan. Belum sempat 5 menit bermain, aku mendapat peluang emas untuk mencetak gol. Aku lolos dari jebakan offside dan menggiring bola sendirian. Tinggal berhadapan dengan sang penjaga gawang. Tiba-tiba sang penjaga gawang bukannya mengamankan bola, justru malah menendang perutku. Aku tersungkur kesakitan di lapangan. 

Dan kesulitan bernafas. Banyak orang mendatangiku untuk berusaha menolongku. Aku sempat pingsan. Lalu dibawa ke rumah sakit daerah.

Saat aku sadar aku sedang di rumah sakit. Aku melihat ayah dan ibuku menangis-nangis memohon kepadaku "Nak berhentilah bermain sepakbola, jangan dipaksakan, bidang tersebut bukan rezekimu, bakatmu bukan disitu, kamu hanya berminat, ini sudah ke 5 kalinya kamu dibawa ke rumah sakit nak. Nurutlah dengan orang tuamu, berhentilah bermain sepakbola. Kami khawatir kamu kenapa-kenapa lagi kedepannya"

Saat itu aku berjanji patuh dengan orang tuaku. Tak ingin membuatnya khawatir lagi. Aku tak lagi aktif bermain sepakbola. Tapi sesekali masih bermain dengan teman-teman, tapi tidak bermain dengan serius, alias main-main aja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun