Mohon tunggu...
Pendidikan Pilihan

Mengenal Biota Laut, Dugong Sebagai Sosok Mitologi Dongeng

1 Desember 2018   00:25 Diperbarui: 1 Desember 2018   09:48 1119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[nationalgeographic.com]

Siapa yang tak kenal dengan dongeng seputar "putri duyung" atau mermaid? 

Dongeng yang menjadi primadona sejak ribuan tahun lalu masih menyisakan torehan ingatan sampai dengan detik ini. Bagaimana tidak, visualisasinya yang sempurna berupa manusia cantik berambut panjang dengan ekor ikan yang memesona, menjadi karakteristik unik yang membedakannya dengan sosok mitologi atau legenda yang lain, sehingga tak heran jika kisah tersebut diangkat ke dunia perfilman, salah satunya ialah "The Little Mermaid" yang diproduksi oleh Walt Disney. 

Persepsi masyarakat yang begitu kental akan dongeng putri duyung menimbulkan berbagai asumsi. Ketika mereka melihat dugong, identiknya setiap orang akan memiliki pikiran bahwa satwa mamalia laut tersebut merupakan sosok putri duyung yang pernah mereka baca pada dongeng-dongeng zaman dahulu. 

Kekacauan istilah tersebut berawal dari sesosok pelaut yang sedang melihat dugong yang sedang menyusui anaknya dari arah kejauhan, kemudian dengan imajinasi yang tinggi, ia membayangkan bahwa dugong yang ia lihat merupakan sosok manusia dengan rambut yang sangat cantik, bak permaisuri.

Bagaimanapun, kekacauan istilah tersebut harus segera diperjelas. Untuk itu, mari kita perjelas bahwa istilah dugong merujuk pada satwa mamalia laut, sementara istilah putri duyung merujuk pada dongeng. Kedua istilah tersebut tidak memiliki keterkaitan secara saintifik.

Dugong dugon atau yang akrab terdengar sebagai dugong merupakan satwa mamalia laut yang unik. Keunikannya terletak pada jenis makanan yang ia konsumsi. Secara umum, kebanyakan mamalia ialah karnivora atau pemakan daging, tapi berbeda dengan yang satu ini, dugong tergolong hewan herbivora, lho. Ia memakan berbagai jenis seagrass atau lamun di laut, sehingga keberadaan padang lamun dan dugong menjadi indikator dari keseimbangan ekosistem laut.

Satwa mamalia laut tersebut diklasifikasikan sebagai mamalia, karena ia mampu melahirkan dan memiliki puting susu diketiak kedua siripnya untuk menyusui anaknya. Periode gestasi atau kehamilannya berkisar 13-15 bulan dengan menghasilkan satu anak saja selama periode gestasi dan hanya dapat melahirkan beberapa kali saja sepanjang hidupnya. 

Ritual perkawinannya dimulai dengan jantan yang mengikuti betina dari belakang, kemudian jantan akan menciumi perut betina sehingga betina akan memberikan respon berupa berenang secara pararel dengan jantan, untuk selanjutnya terjadi kopulasi atau perkawinan dengan posisi perut bertemu dengan perut dan menggunakan siripnya untuk memeluk betina. 

Setelah perkawinan terjadi, betina berenang pergi meninggalkan jantan, tetapi jantan kembali mendekati betina dan menciumi bagian perutnya. Ritual perkawinan tersebut dikatakan selesai jika keduanya berpisah dan segera berenang keatas permukaan laut untuk menghela nafas.

[Nontji 2015: 37]
[Nontji 2015: 37]
Apakah dugong terdapat di Indonesia?

Secara teori, dugong dapat dijumpai pada daerah tropis dan subtropis  di kawasan Indo-Pasifik, itu artinya, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keberadaan satwa mamalia laut tersebut. Adapun wilayahnya ialah Pulau Bintan, Pulau Bangka, Taman Nasional Ujung Kulon, Sulawesi Utara, Bali, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun