Mohon tunggu...
pahlawan bertopeng
pahlawan bertopeng Mohon Tunggu... -

pahlawan bertopeng

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bagaimana Kiprah Iriana sebagai Ibu Negara?

8 April 2015   07:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:23 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran ibu negara tentu bukan sekedar mendampingi suami mengurus rumah sebagaimana ibu rumah tangga biasa. Sebagaimana namanya, ibu negara tentunya memiliki peran untuk menjadi pelindung bagi seluruh warga negara. Banyak contoh bagus mengenai peran ibu negara yang bahkan seringkali melampaui kepopuleran presiden yang notabene suaminya sendiri. Kita mengenal dahulu ada Evita Peron di Argentina yang mampu menggantikan peran sepeninggal suaminya, kita mengenal juga Jacqueline Kennedy yang mendampingi JFK hingga terbunuh, juga peran Hillary Clinton yang terus berkibar walaupun gagal menjadi presiden sebagaimana suaminya. Di Indonesia, kita juga mengenai peran Ibu Tien yang menggagas TMII misalnya, kemudian Ibu Habibie yang bergerak dalam berbagai kegiatan sosial, Ibu Sinta Nuriyah dalam kegiatan sosial keagamaan, Ibu Ani SBY dalam berbagai kegiatan yang terprogram dalam Solidaritas Istri-istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB).

Keseluruhan kiprah istri presiden tersebut menunjukkan bahwa mereka bukan hanya perempuan yang berada di belakang layar, namun memiliki kapasitas untuk berperan sesuai dengan minat dan passion yang dimiliki. Nah, dalam konteks ini, saya agak kesulitan menemukan di mana peran, kapasitas dan passion yang dimiliki oleh ibu negara kita saat ini Iriana Jokowi. Dari berbagai pemberitaan yang ditelusur, kiprah yang dilakukan dapat dihitung dengan jari, misalnya:

1. melakukan rapat koordinasi pertama dengan para istri menteri

2. melakukan rapat penanggulangan kanker.

Lalu kemana pemberitaan lainnya? Mengapa seolah tidak ada program kerja yang sistematis sebagaimana era SBY dengan adanya SIKIB? Memang pada era ini ternyata ada juga program serupa yang diberi nama OASE atau Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja, tapi mengapa program dan keberadaanya tidak bergaung? Apakah karena masalah komunikasi, tentu tidak karena semua tentu tahu siapa yang paling jago dalam memoles citra. Yang dikhawatirkan adalah memang adanya keterbatasan kapasitas untuk berperan.

Kini yang teriang-iang justru bagaimana beliau dahulu rela untuk berpakaian sesuai dengan tuntunan yang dipeluk sebagian besar wanita di sini, yang dikenakan pada masa kampanye, yang menjadikannya dieluk-eluk dan disyukuri oleh netizen (lihat ini). Lalu belakangan, banyak yang kecewa dan menyamakannya dengan Marshanda (lihat ini) dan foto-foto yang berbicara berikut.

[caption id="attachment_359698" align="aligncenter" width="300" caption="Saat debat capres tanggal 15 Juni 2014 berjilbab merah jambu, sumber: http://news.detik.com/read/2014/06/15/204036/2608670/1562/jilbab-merah-muda-iriana-di-debat-capres"][/caption]

[caption id="attachment_359699" align="aligncenter" width="300" caption="Saat mudik ke solo, tanggal 25 Juli 2014, sumber: http://pemilu.tempo.co/read/beritafoto/19283/Jokowi-Mudik-ke-Kampung-Halaman"]

1428454371667060197
1428454371667060197
[/caption]

Tentu kita tidak ingin banyak membaca berita-berita yang mungkin terasa alay itu, kita ingin ibu negara berperan sesuai namanya yang agung dan berwibawa untuk negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun