Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Masih Belajar Menjadi Manusia

Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan. Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kalau Chrome Dijual, Siapa yang Menjual Sejarah Kita?

30 April 2025   11:10 Diperbarui: 30 April 2025   11:10 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: Dokumentasi Pribadi Hasil Generate AI/chatgpt.com

Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya mengetik alamat website secara lengkap. Chrome selalu tahu. Ia menyelesaikan kalimat saya bahkan sebelum saya selesai berpikir. Ia mengingat ulang tahun pacar yang sudah mantan, menyimpan resep soto yang saya cari tiga tahun lalu, dan tahu di toko mana saya terakhir gagal checkout karena saldo dompet digital tinggal lima ribu.

Chrome, dalam sunyinya, adalah saksi hidup---atau saksi diam---dari hampir seluruh aktivitas digital saya. Dan saya yakin, bukan saya saja. Jutaan, bahkan miliaran orang lainnya, mempercayakan Chrome untuk menjadi pintu ke segala hal: dari hal sepele hingga hal yang tak ingin diketahui siapa pun.

Lalu hari ini, saya membaca bahwa Chrome mungkin akan dijual. Dilepaskan dari induknya: Google. Katanya, ini bagian dari sanksi karena praktik monopoli. Pemerintah Amerika Serikat ingin memisahkannya agar pasar lebih adil, agar persaingan lebih sehat, agar internet tidak dikuasai segelintir perusahaan raksasa.

Tapi benarkah hanya itu persoalannya?

Jika Chrome dijual, lalu siapa yang membeli sejarah kita? Siapa yang akan memiliki jutaan tab yang pernah dibuka diam-diam? Siapa yang akan memegang kata sandi-sandi rahasia yang selama ini kita biarkan disimpan di sudut kanan atas layar? Dan yang lebih menakutkan: siapa yang akan mengelola jejak kita di internet, ketika tubuh kita bahkan belum tentu dikenali dengan baik oleh keluarga sendiri?

Pemerintah bisa bilang ini tentang hukum. Tentang pasar yang adil. Tentang demokrasi digital. Tapi tak ada satu pun yang membahas soal manusia biasa seperti kita, yang selama bertahun-tahun membangun keintiman diam-diam dengan sebuah browser.

Chrome bukan sekadar aplikasi. Ia adalah ingatan digital. Ia tahu semua hal yang bahkan tak kita ceritakan ke sahabat sendiri. Ia tahu jam kita tidur, berita yang membuat kita panik, kata kunci yang kita ulang-ulang saat resah tengah malam. Memindahkan Chrome ke tangan lain bukan cuma memindahkan teknologi---tapi memindahkan fragmen-fragmen pribadi umat manusia ke pihak yang bahkan belum tentu tahu cara menghormatinya.

Saya membayangkan OpenAI, Yahoo, atau Perplexity membeli Chrome. Mereka berjanji akan memberikan 'pengalaman AI revolusioner', 'pencarian cerdas', dan 'kustomisasi maksimal'. Tapi adakah dari mereka yang bisa menjamin bahwa semua kenangan kita tidak akan dijadikan eksperimen algoritma? Atau data training untuk chatbot masa depan yang suaranya terlalu mirip mantan?

Google memang bukan malaikat. Mereka menyedot data kita tanpa banyak bicara. Tapi hubungan kita dengan Google sudah terlalu dalam untuk disebut transaksional. Kita tahu risikonya. Kita diam karena terbiasa. Kita pasrah karena nyaman. Tapi itu semua karena sudah terjadi bertahun-tahun. Kalau Chrome dijual, semua itu berpindah tangan dalam sekejap.

Bayangkan jika rumah yang Anda tinggali sejak kecil tiba-tiba dijual ke orang asing. Semua surat cinta masa SMP, foto-foto lama, dan coretan dinding masih di sana. Dan Anda tidak tahu apakah pemilik baru akan menyimpannya, membacanya, atau membakarnya.

Inilah yang membuat kabar ini bukan sekadar urusan antitrust.

Ini adalah soal siapa yang memegang ingatan kolektif kita. Siapa yang menggenggam daftar situs yang kita kunjungi saat sedih, cemas, lapar, atau sekadar bosan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun