Mohon tunggu...
Sahyul Pahmi
Sahyul Pahmi Mohon Tunggu... Penulis - Masih Belajar Menjadi Manusia

"Bukan siapa-siapa hanya seseorang yang ingin menjadi kenangan." Email: fahmisahyul@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Ramadan di Masa Corona Mengajarkan Kita untuk Lebih Menggapai Esensinya

14 April 2021   21:43 Diperbarui: 14 April 2021   21:55 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: pixabay.com

Mungkin tidak hanya saya tapi juga kita semua umat Islam, ada keharu-gembiraan saat bulan Ramadan mulai datang. Ada semacam kesenangan yang berjenis lain walau tanpa mengikutkan terminologi keimananan--saya rasa walau orang awam seperti saya ini pun mengalaminya.

Namun dalam kurun masa 2 tahunan ini sejak merebaknya corona, kegembiraan-kegembiraan itu tertahankan akibat protokol-protokol kesehatan dalam sisinya beririsan untuk sama-sama patut dipatuhi.

Angin segar yang patut dimaklumi dan disyukuri pada Ramadan tahun ini, tentu dengan bisanya umat Islam shalat tarwih berjamaah di masjid--tentu masih dikotakkan untuk yang berzona merah.

Sekadar bisa saja, melihat dan mendengar kaki-kaki beriringan-berombangan ke masjid untuk melaksanakan shalat tarwih sungguh sangat menyejukkan.

Atau tawa dan lalu lalang anak-anak merayakan malamnya di pelataran masjid, jadi lampu-lampu hias bagi indahnya Ramadan.

Bukan hanya karena siklus pelaksanaanya yang tahunan, akan tetapi lebih daripada itu bulan Ramadan telah menjadi momen-momen spesial dan ajang perwujudan kehambaan paling personal melalui puasanya tanpa perlu lagi menafikan akan dilipatgandakan amaliyah ibadah yang kita kerjakan.

Tapi juga kadang saya merenungi dengan hadirnya wabah corona, terlebih lagi telah sampai pada Ramadan kedua sejak tahun 2020.

Apa ia?, sebuah wabah yang telah menyelimuti hampir seluruh dari ekosistem manusia, tidak membawa kalau tidak bisa disebut menjadi kurikulum pelajaran kehidupan yang paling besar sepanjang sejarah abad ini?

Kegusaran sederhana saya itu tentu, dari kacamata pribadi yang sangat awam ini.

Belajar dari Ramadan tahun lalu, ada proses penghayatan dan permenungan atas laku dan adab saya sebagai seorang yang jauh dan mungkin tak pernah saya lakukan di Ramadan sebelum datangnya corona, atau mungkin saja yang dahulu sekadar mengiakan dan berlalu-laksanakan dalam menghabiskan rutinitas amaliyah Ramadan. Kini jauh sebagai permenuhan etalase diri yang lebih dalam.

Dan sangat terbukti ketika titik awalnya saya pijakkan pada kaji-keilmuan para ulama dahulu bahwa esensi Ramadan adalah (Syahr at-Tarbiyah) bulan pembelajaran, (Syahr al-Jihad) bulan melawan nafsu diri sendiri, dan (Syhr ash-Shabr) bulan membangun dan meneguhkan kesabaran, maka fragmen-fragmen esensi itu akan semakin tervalidasi jika kita dapat melakukannya di masa corona ini.

Semoga.

*****
Makassar. 14/April/2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun