Mohon tunggu...
Anak Tansi
Anak Tansi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Seorang perantau yang datang ke ibu kota karena niat ingin melihat dunia lebih luas dari Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bisakah Bahasa dan Sejarah sebagai Penangkal Disintegrasi Bangsa?

5 April 2020   15:04 Diperbarui: 5 April 2020   15:12 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Contoh keringnya pelajarang sejarah di sekolah-sekolah cukup banyak. Kita ambil contoh  yaitu peristiwa  Sumpah Pemuda 1928, khususnya tentang kalimat berbahasa satu Bahasa Indonesia. 

Bagi sebagian guru yang cukup mengandalkan bahan yang ada, mereka hanya akan menyampaikan rentetan peristiwa pendahuluan, tokoh-tokoh dan kesepakatan yang dihasilkan. 

Padahal, kalau mau digali lebih dalam banyak sisi yang sejatinya sangat membantu menyadarkan bahwa peristiwa itu bukan sekedar berujung sumpah  oleh para pemuda belaka.  

Banyak dari para murid bahkan orang dewasa yang tidak sadar, bahwa sebagai bangsa, Bahasa Indonesia yang masuk butir ketiga adalah salah satu faktor penting penjaga identitas serta integrasi Indonesia.

Sebagai bangsa yang pernah dijajah, Indonesia mungkin satu dari sedikit negara yang memiliki bahasa nasional  untuk menjadi payung bagi bahasa-bahasa lokal yang ada di dalamnya.  

Sebagai perbandingan, Malaysia dan India yang pernah dijajah Inggris dan multi etnis serta  multi agama seperti Indonesia, sampai saat ini masih mencari formula untuk menentukan bahasa nasional yang akan mereka pakai karena tiap etnis  tentu ingin bahasa mereka yang digunakan. 

Maka jadilah di kedua negara itu, bahasa Ingris yang digunakan sebagai bahasa pengantar negara, bukan bahasa resmi negara. Kenapa bahasa Inggris, karena sebagai mantan penjajah yang menarik diri secara sukarela, alias memberi kemerdekaan secara cuma-Cuma tentu tak ingin menghapus jejak yang ada begitu saja. 

Akibatnya, faktor yang bisa  merekatkan kedua warga negara bangsa tersebut sejatinya rentan   untuk terkoyak, mengingat  modal bahasa sebagai sarana komunikasi antar warga, tak mereka miliki.

Dua negara yang kemerdekaannya tak diperoleh lewat perjuangan fisik dan bersenjata itu juga tak memiiliki tokoh anutan yang jauh melampaui abad. India hanya berujung kepada sosok Mohandas Charamchan Ghandi, alias Mahatma Ghandi dengan perjuangan  non kekerasan serta  swadeshinya. 

Bila ingin meninjau lebih jauh, India justru pernah didominasi dinasti Mughal, sebuah imperium muslim yang hapus saat Inggris mulai menancapkan kaki disana 

Sementara, sosok paling terkemuka dalam pembentukan negara Malaysia yang terdiri dari 9 kerajaaan tersebut ada pada Tunku Abdur Rahman, keluarga Onn mulai dari Datuk Onn sampai kepada Husen Onn.. Selebihnya masih mereka cari. Maka wajar seorang Nurul Izzah, putri tokoh oposisi Malaysia Anwar Ibrahim, menjadikan Aung San Sukyi sebagai idola.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun