Waktu itu aku sedang makan siang di sebuah warung makan Rp10ribuan pinggir jalan. Ketika aku selesai makan, tiba-tiba saja ada dua anak kecil~kira-kira umur 7 tahun~ datang kepadaku seraya menyodorkan kaleng bekas untuk minta uang.
Karena hari itu sudah siang, maka aku berniat tidak memberikan mereka uang melainkan segera memesankan dua nasi bungkus untuk mereka. Lauknya aku minta mereka yang memilih. Tapi apa yang kudapatkan? Begini kata salah seorang anak itu kepadaku:
"Aih. Idak usah lah, Bang. Kami mau duit ajo untuk beli makan. Limo ribu ajo, Bang!"
Aneh! Mereka mau makan, tapi malah minta uang. Terus, pake nentuin nominal pula! Haduh, hancur sudah generasi penerus bangsa ini.
Aku sudah tahu gerak-gerik bin tingkah laku anak yang seperti ini. Gunanya mereka jadi pengemis alias tukang minta duit kalau tidak untuk beli rokok ya beli lem, syahdan ngelem di belakang gang sepi.
Kisah Ketiga
Setiap kali pergi dan pulang kerja, aku nyaris selalu bertemu dengan dua sosok anak pejuang tangguh.
Anak pertama setiap hari kerjanya adalah membantu ayahnya menyortir sampah di bak sampah umum pinggir jalan. Dia perempuan. Sedangkan anak kedua, kerjanya adalah mencari barang bekas di siring dengan menggendong karung kopi (karung besar) bersama ibunya.
Mengapa kukatakan inspiratif?
Kedua anak ini jelas-jelas dididik oleh orang tuanya untuk tidak meminta-minta. Ya, benar, walaupun mereka sangat kesusahan dari segi finansial.
Bahkan, menurutku, kedua anak ini masih jauh lebih baik daripada para pengurus masjid yang menggelar tenda di tengah jalan seraya menengadahkan jaring untuk meminta infak.