Menyesalkah kita karena masih hidup hari ini?
Menyesalkah kita atas kehidupan yang terjadi hari ini?
Syukur atau sesal, mana rasa yang semakin menguat di hati ini?
Apa yang terjadi hari ini, kita semua selalu yakin bahwa selalu ada takdir yang mengiringi kejadian. Ada yang sudah menikah, itulah takdirnya hari ini. Ada yang sudah meninggal, itu juga takdirnya.
Setiap orang memiliki jalan dan takdirnya masing-masing dan tidak bisa disama-samakan dengan orang lain.
Tentang rezeki misalnya, ada yang rezekinya selalu lancar dan secara materi ia kaya, ada pula orang-orang yang mengalami nasib sebaliknya. Rezeki hari demi hari berasa macet, dan secara materi saat dihitung-hitung selalu kekurangan.
Apakah ini merupakan bagian dari takdir? Soal rezeki, tentu saja kita tak bisa menolak bahwa itu adalah takdir. Rezeki adalah takdir yang bahkan sudah diatur oleh Allah semenjak kita belum dilahirkan ke dunia.Â
Tiap-tiap orang belum akan meninggal, kecuali rezekinya sudah tercukupkan.
Syahdan, apakah orang-orang yang hari ini dianggap kaya merupakan bagian dari takdir Tuhan untuknya?
Untuk persoalan rezeki, kita tetap setuju 100% bahwa itu adalah urusan takdir. Tapi apakah rezeki itu sama dengan kekayaan? Agaknya tidak, beda sekali malahan.
Secara, semua orang bisa kaya andai mereka mau berusaha dan bekerja sungguh-sungguh. Sebaliknya, rezeki akan didapat oleh semua orang walaupun dirinya tak beribadah dan bekerja --dalam catatan, ini bukan sekadar materi, ya!---
Bedanya, orang-orang yang menjemput rezeki dengan cara beribadah dan bekerja, rezekinya akan lebih berkah bahkan mendapatkan pahala. Maka dari itulah, ada rezeki yang perlu kita dapatkan dengan cara berusaha, dan ada pula rezeki yang sudah dijamin oleh Allah.
Meski demikian, tantangan yang sering kita hadapi dalam menjemput rezeki adalah tentang syukur, sesal, dan kesungguhan dalam berusaha.