Ya, selain dengan hadirnya tugas kuliah, ada konsekuensi lain yang sedang bersiap melanda seorang pejuang ilmu sekaligus pejuang rupiah. Konsekuensi yang saya maksud adalah risiko kelelahan dan sakit. Sakit ini pula bisa merambat ke fisik dan sakit hati. Hihihi
Serius! Karena tidak sedikit orang yang sakit hati karena proposal penelitiannya terus direvisi, karena gagal jumpa dosen pembimbing, atau karena mendengar dosen yang berujar "Bimbingannya besok saja ya. Temui saya di kelas X".
Sekali lagi, sabar adalah kunci penenang hati sekaligus pengusir rasa sakit hati.
Kuliah Sambil Kerja: Secarik Saran agar Semangat dan Sukses Menjalani Keduanya
Masing-masing sarjana yang memilih untuk melanjutkan kuliah sambil kerja sudah pasti punya target yang ingin dicapai. Hanya saja, ketika proses sudah dijalani, terkadang beberapa dari kita rawan melupakan target tersebut.
Sebukit masalah yang datang bisa jadi penyebab dan masing-masing masalah tersebut sangat mudah mengakibatkan keseimbangan kuliah dan kerja jadi timpang.
Terlalu fokus kuliah, pekerjaan rawan terbengkalai. Dan terlampau fokus kerja, target kuliah jadi terhambat untuk dicapai. Kedua hal ini tidak tersanggahkan karena saya sendiri sudah cukup sering mendengar rekan kerja yang berucap "Ah, cukup sudah aku kuliah lagi, lelah!"
Untuk menangkal hal tersebut, diperlukan manajemen waktu dan diri sendiri perlu bijak dalam mengelolanya. Semisal, jangan menunda tugas kuliah, jangan menunda pekerjaan, serta bersikap adil terhadap kedua aktivitas tersebut.
Syahdan, bagaimana dengan manajemen perasaan?
Menurutku, perasaan yang paling sukar diusir dari kediaman hati adalah perasaan bosan. Ya, gara-gara bosan lalu lahir perasaan jenuh. Gara-gara jenuh lalu lahir perasaan ingin menunda. Dan di sebalik penundaan sudah ada awan mendung yang bernama penyesalan. Hohoho
Sejauh yang saya alami, perasaan bosan itu bakal terusir ketika kita mengingat tujuan awal beserta seperangkat targetnya.